Pemerintah China membuka kembali pintu bagi media asing untuk meliput aktivitas di kamp pendidikan dan pelatihan kejuruan di Daerah Otonomi Xinjiang.
Enam media asing dari Mesir, Turki, Pakistan, Afghanistan, Bangladesh, dan Sri Lanka mendapatkan kesempatan untuk melakukan peliputan di kamp vokasi di Kota Kashgar yang pesertanya mayoritas dari kalangan etnis minoritas Uighur tersebut, demikian media resmi China yang dilansir Antara, Jumat (18/1/2019).
Sebelumnya, Antara bersama lima kantor berita asing lainnya dari Asia dan Eropa juga mengunjungi tiga kamp vokasi di Kota Kashgar dan Kota Hotan. Selain itu juga bertemu dengan tokoh masyarakat dan keagamaan setempat sebelum mendapatkan kesempatan melakukan wawancara eksklusif dengan Shohrat Zakir Gubernur Xinjiang pada Sabtu (5/1/2019).
Semua media asing tersebut juga mengunjungi gedung pameran dan museum konflik berdarah Xinjiang di Kota Urumqi serta beberapa masjid dan lembaga pendidikan Islam. Mereka juga berkesempatan mendatangi pabrik garmen di sekitar kamp vokasi yang diproyeksikan menampung para lulusan kamp.
“Xinjiang bukan daerah tertutup. Siapa saja boleh datang,” kata Liu Chang, Deputi Direktur Pusat Media Internasional Kementerian Luar Negeri China di Urumqi, Kamis (3/1/2019).
Aktivis HAM PBB dan Barat serta senator Amerika Serikat menyoroti keberadaan kamp vokasi karena ada dugaan pelanggaran HAM dalam upaya deradikalisasi dan de-ekstremisasi terhadap etnis Uighur yang mayoritas Muslim itu.
Namun, China membantah dengan menyatakan kamp yang mengajarkan keterampilan, undang-undang dasar, dan bahasa nasional itu sebagai upaya untuk mendidik dan melatih etnis minoritas Uighur agar siap menghadapi dunia kerja dan bangkit dari kemiskinan.(ant/tin/rst)