Mayoritas pelajar di Kota Surabaya menggunakan internet untuk mengakses media sosial dibanding mencari referensi belajar. Hal ini diketahui dari hasil penelitian yang diadakan organisasi Gurukuhebat yang mengambil 397 responden dari pelajar dan guru di Kota Surabaya. Penelitian ini menggunakan metode random sampling dan memiliki toleransi kesalahan sebesar 5 persen.
Istidha Nur Amanah peneliti Gurukuhebat mengatakan, 78 persen pelajar memilih mengakses media sosial dan hanya 10 persen yang menggunakannya untuk belajar.
“Sedangkan untuk penggunaan internet setiap hari cukup beragam. Sebanyak 36,6 persen pelajar mengakses internet lebih dari 5-8 jam perhari,” ujarnya ketika merilis hasil penelitiannya pada Kamis (2/5/2019).
Sedangkan, dari data tersebut, medsos menempati penggunaan internet paling lama yaitu 5-8 jam sehari dan durasi menggunaan internet untuk belajar hanya dibawah 5 jam sehari.
Padahal, Istidha memperoleh fakta, bahwa mayoritas pelajar percaya bahan ajar yang ada di internet masih belum akurat. Anehnya, mereka tetap menggunakannya untuk belajar dan mengerjakan tugas.
“Karena kebutuhan mereka mengaksesnya di google search,” ujarnya.
Dari hasil penelitian, juga diketahui bahwa rata-rata pelajar di Surabaya memiliki 3-5 media sosial, dengan media sosial terpopuler yaitu Instagram, sebesar 79,6 persen dan disusul Youtube sebesar 52,7 persen. Istidha menyebut, para pelajar ini memilih instagram dan youtube karena dapat memberikan hiburan.
“Media sosial kurang dapat memberikan kontribusi secara positif dengan menyediakan bahan belajar. Pelajar SMA atau SMK di Surabaya mengharapkan adanya aplikasi belajar ataupun official account yang dikelola secara khusus di media sosial dengan menyediakan berbagai bahan belajar,” ungkapnya.
Diakhir, ia memberikan rekomendasi kepada para pemangku kebijakan untuk mendorong terciptanya aplikasi belajar yang menyediakan konten pembelajaran yang menarik dan terverifikasi di internet. (bas/tin/rst)