Infertilitas (tidak subur) bukan hanya masalah perempuan. dr Amang Surya Priyanto, SpOG Direktur Klinik Morula IVF Surabaya mengatakan, hingga hari ini, masih ada mitos di masyarakat yang menganggap bahwa perempuan menjadi satu-satunya penyebab pasangan tidak segera mendapat momongan.
“Banyak mitos di masyarakat, kalau pasangan ini tidak hamil, yang disalahkan pihak perempuan. Kalau belum hamil, stres, ketemu tetangga, mertua, dan sebagainya. Ini bukan masalah wanita tapi juga pria,” ujar dokter spesialis kandungan tersebut.
Menurutnya, mitos salah ini bisa berdampak negatif pada rumah tangga seseorang. Salah satunya, perasaan rendah diri perempuan ketika bertemu dengan keluarga suami, hingga masalah yang lebih serius seperti perceraian.
“Masyarakat perlu mengetahui bahwa sebenarnya faktor pria dan faktor wanita memiliki proporsi yang sama sebagai penyebab ketidaksuburan. Dalam usaha mewujudkan impian, memiliki buah hati, baik suami dan istri memiliki peran yang sama besar,” kata dr Amang.
“Sehingga para wanita diharapkan tidak malu lagi untuk berkomunikasi dengan pasangannya apabila memiliki masalah yang terkait ketidaksuburan. Bagi para suami juga diharapkan mendampingi dan mendukung istri dalam usaha mendapatkan buah hati,” lanjutnya.
Menurutnya, ada beberapa yang bisa dilakukan pasangan infertilitas untuk mewujudkan keinginan mereka untuk memiliki momongan. Salah satunya tidak malu memeriksakan kondisi mereka berdua ke klinik fertilitas.
Sebab, dalam statistik, faktor penyebab infertilitas memang berbagi porsi. 30 persen karena pria, 30 persen karena wanita, 10 persen karena faktor kombinasi, dan sisanya faktor yang tidak diketahui.
Ia juga mengingatkan, infertilitas adalah kondisi medis yang sebenarnya sama dengan penyakit lain, seperti batuk. Artinya, wajar ada orang yang mengalami sakit batuk dan tidak, sehingga tak perlu malu. Data di Indonesia, sebanyak 10-15 persen pasangan usia subur (19-45 tahun) mengalami infertilitas.(bas/tin)