Banjir yang melanda di tujuh desa di Kecamatan Cerme menjadi banjir paling parah di wilayah tersebut. Bahkan sebagian besar warga yang terdampak memilih bertahan di dalam rumahnya. Ini disampaikan oleh AKP Iwan Hari Kapolsek Cerme Gresik kepada Radio Suara Surabaya, Minggu (5/5/2019).
“Menurut informasi banjir terakhir tahun 2011, tapi untuk 2019 ini yang terparah. Luapan sungai Lamong sangat deras dan menggenangi banyak desa dengan tiga desa dengan dampak terparah,” ujarnya.
Untuk itu, baik pemerintah provinsi Jawa Timur sekaligus pemerintah daerah Gresik melakukan beberapa upaya agar banjir yang melanda di daerah tersebut segera surut dalam waktu 1-2 hari kedepan. Salah satunya dengan melakukan pola-pola penyedotan yang kemudian dialirkan ke laut.
“Saat ini sudah dilakukan upaya-upaya bagaimana air ini dapat mengalir ke laut, dan dilakukan pola-pola penyedotan dan melancarkan aliran teluk Lamong,” imbuh AKP Iwan.
Menurutnya, saat ini telah ada penyusutan air sekitar 20 sentimeter. Namun, tinggi banjir masih menyisakan 60 sentimeter hingga satu meter lebih. Bahkan tinggi air di rumah-rumah warga mencapai dada orang dewasa.
Untuk menyalurkan bantuan kepada warga yang masih bertahan di rumah masing-masing, kata dia, pihak BPBD Gresik, Basarnas, anggota TNI/Polri dan relawan, menyalurkan bantuan dengan menggunakan perahu karet untuk menjangkau setiap sudut daerah terdampak banjir.
Meski demikian, lanjutnya, bantuan berupa makanan dan obat-obatan untuk warga yang terdampak saat ini masih tercukupi.
“Dipastikan terjangkau semua bantuannya. Untuk saat ini bantuan makanan dan obat-obatan masih tercukupi. Para relawan, BPBD, Basarnas juga langsung survey ke rumah-rumah warga dan posko. Bu Gubernur (Khofifah Indar Paranwasa, red) dan rombongan ikut meninjau posko bencana dan langsung berdialog dengan warga terdampak,” tambah AKP Iwan.
Namun menurutnya, masih ada beberapa desa dengan tinggi air mencapai satu meter lebih. Untuk itu, pihak PLN memutuskan untuk mematikan aliran listrik. Namun khusus untuk lampu jalan, PLN menegaskan listrik masih teraliri dengan baik.
“Jadi untuk desa yang terdampak (tinggi banjir, red) lebih dari satu meter, listrik dimatikan sementara karena ditakutkan ada korban yang kesetrum dan sebagainya. Namun untuk penerangan jalan tetap dinyalakan,” imbuhnya.
Ia berharap, dalam jangka waktu paling lambat dua hari kedepan, banjir di Kecamatan Cerme dapat segera surut sehingga warga dapat menjalankan ibadah puasa dengan khusyu’ dan lancar.(tin/ang)