Eddy Christijanto Kepala Badan Penanggulangan Bencana dan Perlindungan Masyarakat (BPB-Linmas) Surabaya menyebutkan, ada enam orang menjadi korban perayaan 92 tahun Persebaya di sekitar Taman Mundu, Kecamatan Tambaksari, sejak Senin (17/7/2019) malam sampai Selasa (18/6/2019) dini hari.
Satu di antara korban itu adalah seorang anggota Linmas. Anggota itu menjadi sasaran bulan-bulanan suporter klub sepakbola Persebaya yang akrab dikenal Bonek, saat berupaya mengantisipasi terjadinya kericuhan antar-Bonek di sekitaran Gelora 10 Nopember Surabaya.
Versi yang diceritakan Eddy, kericuhan itu bermula dari euforia luar biasa massa Bonek di kawasan Taman Mundu, karena pada saat yang sama, perayaan juga dilakukan sejumlah manajemen Klub dan Pemain Persebaya di Wisma Karanggayam.
“Ada seseorang yang diduga copet, akhirnya terjadi saling tuduh, kelompok satu dengan kelompok lain. Anggota kami mencoba melerai, malah dikira melindungi kelompok lain,” ujarnya dalam keterangan pers di Humas Pemkot Surabaya.
Tiga orang anggota Linmas dikejar sejumlah Bonek, dua di antaranya berhasil melarikan diri diselamatkan warga setempat di sebuah warung. Satu yang tertinggal yang menjadi sasaran pukulan hingga mengalami luka cukup parah.
“Kondisinya cukup parah, ada tiga jahitan di kepala. Ada warga yang menyelamatkan, dimasukkan ke warung kopi, kami membawanya ke RSUD Dr Soewandhie agar segera mendapatkan perawatan,” katanya.
Eddy menyayangkan perlakuan Bonek kepada anggotanya. Dia menegaskan, tugas Linmas sesuai namanya (Perlindungan Masyarakat) adalah untuk melindungi masyarakat dari potensi-potensi yang dapat membahayakan, seperti kericuhan yang terjadi kemarin malam.
Tidak hanya satu anggota Linmas itu, Eddy mengatakan, di lokasi yang sama ada lima Bonek yang turut menjadi korban. Dua di antaranya adalah perempuan, biasa disebut Bonita, yang mengalami sesak napas karena asap flare.
“Kami juga yang membawa keduanya ke rumah sakit dengan ambulans kami,” kata Eddy.
Tiga korban lainnya adalah Bonek laki-laki. Satu di antaranya, kata Eddy, masih anak-anak atau remaja. Tidak hanya menjadi korban pemukulan hingga mengalami luka di kepala, tas dan sepeda motor anak itu juga hilang.
“Ada salah satu korban lagi yang diduga copet, sampai sekarang masih dirawat di rumah sakit dan belum sadarkan diri karena mengalami luka di bagian kepala,” ujarnya.
Eddy menjelaskan, ada tiga titik perayaan Ulang Tahun ke-92 Persebaya di Surabaya. Taman Mundu, Tugu Pahlawan, dan di Kebun Binatang Surabaya. Yang terakhir dia sebutkan adalah lokasi yang tidak terduga.
“Untuk di Tugu Pahlawan dan Taman Mundu sudah kami antisipasi, tapi terjadi insiden seperti itu. Saya sendiri memantau di KBS, karena lokasi ini lokasi tambahan yang tidak diduga-duga. Apalagi seluruh aktivitas ini ternyata tidak berizin,” katanya.
Eddy menyatakan, para koordinator penyelenggara acara perayaan itu tidak mengajukan izin keramaian ke pihak kepolisian setempat, baik Polsek maupun Polrestabes Surabaya.
Sebab itu pula, Pemkot Surabaya tidak bisa maksimal mempersiapkan antisipasi sebagaimana perayaan Ultah Persebaya di tahun-tahun sebelumnya. Tidak ada mobil PMK yang seharusnya bersiaga, karena sesuai pengalaman tahun lalu ada sebuah bangunan semi permanen yang nyaris terbakar karena flare.
“Imbauan kami kepada koordinator Bonek, kalau ada acara seperti ini minimal ada izin keramaian yang diajukan kepada Polrestabes Surabaya. Supaya kami juga bisa melakukan antisipasi dengan maksimal, sehingga tidak perlu ada korban,” katanya.(den/iss/ipg)