Pengajuan gelar pahlawan untuk KH Masjkur Pahlawan Nasional asal Malang, Jawa Timur, sebenarnya sudah dilakukan sejak 1995 silam. Proses pemberkasannya saat itu sempat terhenti.
Itu disampaikan M Mas’ud Said Ketua Bidang Sosial, Ekonomi, dan Kemasyarakatan Yayasan Sabilillah, Malang. Sebuah yayasan yang didirikan Almarhum KH Masjkur.
“Tahun 1995 proses pemberkasan sempat berhenti. Oktober 2017 silam, proses pemberkasan diulang dan diserahkan ke Direktorat Pemberdayaan Sosial, Kemensos,” katanya dalam pernyataan tertulis kepada suarasurabaya.net, Jumat (8/11/2019).
Tim dari Yayasan Sabilillah Malang didukung penuh oleh Gubernur Jatim, Bupati Malang, Wali Kota Malang, Wali Kota Batu, tokoh-tokoh di Malang Raya, juga berbagai pondok pesantren dan perguruan tinggi.
Proses pengajuan melalui Dinas Sosial ke Kemensos itu berlangsung setahun lebih. Sampai akhirnya Kemensos memverifikasi lapangan pada Oktober 2018 saat Khofifah Indar Parawansa menjabat Mensos.
Sejumlah Tim peneliti, tokoh agama, dan tokoh masyarakat, serta Pimpinan Perguruan Tinggi terutama Unisma, Universitas Islam Negeri, Universitas Brawijaya, Universitas Negeri Malang, dan Unira meneliti buku-buku dan bukti sejarah.
Sedikitnya ada sebanyak 8 buku tentang KH Masjkur yang sudah diterbitkan dan pernah didistribusikan ke lembaga-lembaga pendidikan di Jawa Timur. Dari buku biografi perjuangan, dan lain-lain.
“Buku-buku itu beragam, dari biografi perjuangan, tiga buku, fragmen pemikiran KH Masjkur dalam pandangan akademik, dua buku, kiprah dan perjuangan dalam catatan media, satu eksemplar, komik satu buku, dan napak tilas gerilya militer di trenggalek satu buku,” ujar Mas’ud.
Dia pun bersyukur, menjelang peringatan Hari Pahlawan Nasional 2019 ini KH Masjkur akhirnya ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional oleh Joko Widodo Presiden RI di Istana Negara.
“Ini penghormatan negara yang sangat besar untuk masyarakat Jawa Timur, Malang Raya, dan NU, khususnya pihak keluarga Singosari, Yayasan Al Maarif Singosari, dan keluarga besar Pesantren Bungkuk Singosari, terutama KH M Tholchah Hasan,” ujarnya.
KH Masjkur merupakan Pimpinan Tertinggi Barisan Sabilillah yang turut berjuang di medan pertempuran 10 November 1945 di Surabaya. Almarhum juga anggota BPUPKI yang merumuskan Pancasila dan UUD 1945.
Menteri Agama Keenam itu juga Pendiri Yayasan Sabilillah Malang, Ketua Yayasan Universitas Islam Malang (Unisma) yang pertama, dan pernah menjadi Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama.
“Semoga semangat berjuang kita, keikhlasan kita, daya khidmat kita bisa meniru para alim ulama seperti KH Masjkur,” kata Mas’ud.
Rencananya, perwakilan keluarga KH Masjkur di Singosari dan perwakilan Yayasan Sabilillah akan menghadiri undangan upacara peringatan Hari Pahlawan Nasional di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Minggu (10/11/2019).(den/ipg)