Baru diterapkan pada Ujian Sekolah Berbasis Nasional (USBN) SMA/SMK di Jawa Timur, penggunaan smartphone sudah akan dihilangkan pada pelaksanaan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) di Jatim.
Evaluasi ini datang dari Khofifah Indar Parawansa kepada Saiful Rahman Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur saat meninjau pelaksanaan USBN berbasis Komputer dan Smartphone (BKS) di sejumlah SMA/SMK negeri dan swasta di Surabaya, Senin (4/3/2019).
“Nanti Ujian Nasional tetap 100 persen (menggunakan komputer,red), cuma untuk smartphone ini, kami upayakan menggunakan laptop, karena Ibu tadi menganggap dengan smartphone pandangannya kurang luas,” katanya.
Khofifah pada kesempatan wawancara dengan wartawan ini langsung menimpali, penggunaan smartphone terutama akan membuat siswa tidak leluasa saat mengerjakan soal-soal matematika atau yang berkaitan angka.
“Apalagi kalau untuk matematika, kan ada yang layarnya terang begini, ada yang kurang terang. Karena kalau untuk angka-angka itu, kan, tingkat presisinya harus tinggi. Kemudian ada grafik-grafik, ada prisma, kubus, dan seterusnya, lebih bagus pakai laptop atau komputer,” kata Khofifah.
Pada 2019 ini, Saiful menyebutkan ada sejumlah kurang lebih 175 ribu siswa SMA/SMK/MA di Jawa Timur yang mengikuti USBN BKS. Penggunaan smartphone, berdasarkan catatan Dinas Pendidikan, 20 persen dari keseluruhan peserta.
Tiga sekolah di SMA Kompleks misalnya, baik SMA Negeri 5, 2, dan 1, tidak ada satupun siswa yang menggunakan smartphone. Mereka memilih menggunakan laptop. Sementara di SMAN 9, ada 17 kelas masing-masing 18 siswa menggunakan smartphone dan laptop.
Penggunaan smartphone ini, sebagaimana disebutkan Saiful Rahman, akan mempersingkat sesi pelaksanaan USBN di masing-masing sekolah yang menyelenggarakan. Kalau sebelumnya bisa sampai 3 sesi, dengan smartphone cukup 1 sesi.
Sekolah yang menerapkan penggunaan smartphone, terutama yang berambisi melaksanakan USBN dalam 1 sesi untuk menghemat waktu dan mengantisipasi kekurangan perangkat komputer yang tersedia di sekolah.
Di SMAN 9 misalnya. Mochammad Shadali Kepala Sekolah SMA itu mengatakan, penerapan smartphone ini memang berkaitan dengan terbatasnya perangkat komputer yang tersedia di sekolah.
“Kebutuhan normal sekolah untuk melaksanakan 2 sesi USBN, normalnya 200 komputer. Tapi yang tersedia hanya 160 komputer saja. Jadi penerapan laptop dan smartphone ini sangat membantu,” katanya.
Dengan menerapkan USBN BKS, SMAN 9 yang tadinya bila mengandalkan komputer bisa menempuh dua sesi USBK sampai sore, sekarang hanya satu sesi.
“Sehingga siangnya bisa dipakai untuk adik-adik kelasnya, kelas 1 dan kelas 2, kan, hari ini juga harus melaksanakan Ujian Tengah Semester (UTS). Kalau dua sesi kasihan mereka,” ujar Shadali.
Pada praktiknya, pelaksanaan USBN BKS ini mengandalkan jaringan wi-fi LAN (WLAN) khusus dengan definisi sangat tinggi (very high definition/vhd) yang disediakan oleh Pemerintah Provinsi untuk masing-masing sekolah.
Begitu perangkat milik siswa terkoneksi dengan jaringan W-LAN melalui IP address khusus, data internet di masing-masing smartphone akan terkunci. Aplikasi lain di smartphone itu tidak bisa digunakan.
Salah satu proktor SMAN 9 yang mendampingi Shadali menjelaskan, sebenarnya siswa bisa mengaktifkan data internet di smartphone-nya ketika sudah terkoneksi dan login, tapi hal itu akan mengacaukan jaringan.
“Jadi begitu mereka menyalakan paket data (internet) proxy-nya kacau, sambungan dengan jaringan USBN akan putus nyambung, padahal waktu terus jalan. Yang rugi mereka sendiri,” katanya.(den/iss/ipg)