Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berkolaborasi dengan Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) gelar Focus Group Discussion (FGD) mengupas banyaknya desa di Indonesia yang mengalami kesenjangan dalam hal teknologi.
Berlangsung di Ruang Sidang Gedung Rektorat ITS, FGD ini menghadirkan perwakilan dari Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti), Kementerian Perindustrian, Kepolisian Daerah (Polda) Jawa Timur, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), dan pihak terkait lainnya.
Aries Muftie Ketua Kelompok Kerja (Pokja) Perdesaan KEIN, menyampaikan ketika suatu desa sudah dilengkapi dengan berbagai teknologi, maka dampak yang akan muncul pasti berpengaruh dalam berbagai hal. “Kendaraan listrik merupakan salah satu teknologi yang harus segera diterapkan pada area perdesaan saat ini,” terang Aries Muftie.
Hal ini, menurut Aries, karena teknologi tersebut pasti nantinya akan membantu meningkatkan perekonomian yang ada di daerah itu. “Bahkan saat ini, sudah terdapat dua dusun yang sudah tidak ada lagi yang miskin karena itu,” ujar Aries.
Aries mencontohkan bahwa terbentuknya desa pariwisata bisa meningkatkan pendapatan desa sendiri yang besarnya mencapai tiga kali lipat. Namun hal itu juga harus diiringi dengan peningkatan infrastruktur di desa.
Oleh karena itu, langkah pemerintah untuk memberikan dana desa yang cukup besar diharapkan dapat dialokasikan dalam peningkatan infrastruktur. “Jangan malah digunakan untuk kegiatan yang konsumtif tanpa memikirkan kelanjutannya,” katanya mengingatkan.
Sementara itu, Prof Ir I Nyoman Sutantra MSc PhD., Kepala Laboratorium Otomotif Departemen Teknik Mesin ITS, menjelaskan, sebetulnya saat ini secara teknologi kita sudah siap dalam menerapkan transportasi serbaguna pada perdesaan.
“Namun banyak sekali tantangan yang dihadapi bersama dalam pengadaannya secara masal,” papar Tantra sapaan Prof Ir I Nyoman Sutantra MSc PhD.
Pria asal Bali ini juga menjelaskan bahwa ITS sendiri saat ini sebenarnya sudah siap dalam teknologi transportasi yang bersumber energi baru terbarukan.
Pasalnya, teknologi transportasi yang telah kita kuasai mencakup pada mobil listrik, mobil fuel cell yang berbahan bakar hidrogen, dan mobil berteknologi hybrid. Menurutnya, untuk 20 tahun ke depannya teknologi hybrid sudah siap untuk diterapkan dalam masyarakat.
Kemudian Tantra juga menyatakan, nantinya desa yang akan dibangun adalah desa yang produktif dan inovatif. Karena dengan kemajuan teknologi yang siap mereka gunakan, mereka harus juga siap dalam menguasai teknologi tersebut. “Jangan sampai malah mereka yang dikuasai dengan teknologi,” pungkas Tantra.(tok/ipg)