Jumat, 22 November 2024

Konsumsi Ikan Jawa Timur Bagian Tengah di Bawah Rata-Rata

Laporan oleh Denza Perdana
Bagikan
Susi Pudjiastuti Menteri Kelautan dan Perikanan berbincang dengan Emil Elestianto Dardak Wakil Gubernur Jawa Timur saat peluncuran gerakan Anak Indonesia Suka Makan Ikan (Aisu Maki) di Surabaya, Minggu (30/6/2019). Foto: Denza suarasurabaya.net

Target pemerintah, rata-rata konsumsi ikan masyarakat Indonesia sebanyak 54,49 kilogram per kapita per tahun pada 2019. Konsumsi ikan di Jawa Timur bagian tengah masih tergolong rendah.

Susi Pudjiastuti Menteri Kelautan dan Perikanan mengatakan, konsumsi ikan di Jawa Timur bagian tengah hanya sepertiga dari rata-rata nasional, kurang dari 20 kilogram per kapita per tahun.

“Jawa Tengah dan Jawa Timur bagian tengah terendah. Yogyakarta, Solo, Jombang, (angkanya) di bawah 15 kilogram. Ada yang cuma 9 kilo,” ujarnya saat peluncuran gerakan Anak Indonesia Suka Makan Ikan (Aisu Maki).

Setelah meluncurkan Aisu Maki dalam kegiatan halalbihalal kebangsaan Laznas LMI di Surabaya, Minggu (30/6/2019), Susi menjelaskan pentingnya anak-anak mengonsumsi ikan.

Dia mengatakan, dari rata-rata konsumsi ikan 38,14 kilogram per kapita per tahun pada 2014 lalu, saat ini pemerintah berhasil meningkatkan rata-rata itu di angka 50 kilogram per kapita per tahun pada 2019 ini.

“Mohon dibantu di Jawa Timur. Kalau Pak Emil (Wakil Gubernur Jatim) tadi bilang program sinergi, suplemen, dan sinkronisasi sudah jalan, sekarang tinggal tiga program lagi. Cari, Kasih, Makan. itu saja. Langsung-langsung saja. Perintahkan,” ujarnya.

Dia meminta Pemprov Jatim yang dipimpin Emil bersama Khofifah sebagai Wakil Gubernur dan Gubernur Jatim menjalankan tiga program itu bersama Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).

“Kontak KKP. Telepon, KKP punya ikan enggak? Kalau tidak punya, bikin seperti tadi, ada bank sampah, bikin bank ikan, dong. Untuk apa? Investasi kepada anak-anak bangsa,” katanya.

Peningkatan konsumsi ikan itu, kata Susi, penting demi meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Apalagi, Indonesia akan menghadapi bonus demografi, di mana jumlah anak muda akan begitu banyak.

“Ke depan, tidak bisa tidak, SDM bagian terpenting menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang mendominasi kawasan. Sumber daya alam, teknologi, pasar, tanpa dikelola SDM yang mumpuni, forget it, impossible,” tegasnya.

Dia juga menyarankan Pemprov Jatim membuat program-program yang mendorong generasi muda di Jawa Timur mencintai lautan. Sebab, 71 persen wilayah Indonesia adalah laut.

“Daratan makin penuh, makin kurang. Mau tanam-tanam susah. Pendidikan bahari sangat penting. Jawa Timur mungkin bisa membuat kurikulum baru, 1 jam seminggu knowing the sea, the river (mengetahui lautan, sungai),” katanya.

Sudah saatnya, kata Susi, bangsa Indonesia tidak lagi terus menerus mengais 29 wilayah kekuasannya (yang berupa daratan). Bila hal ini terus dilakukan, apa yang didapat bangsa ini juga segitu saja.

“Peradaban dunia tidak tersambung di darat. Peradaban dunia global dan go global itu lewat lautan dan udara. Dua ini yang menyatukan daratan-daratan di bumi kita. Tanpa laut dan udara, daratan itu terpecah-pecah,” katanya.

Emil Elestianto Dardak Wakil Gubernur Jawa Timur mengakui, konsumsi ikan di Jawa Timur bagian tengah, seperti Jombang, sangat jauh sekali dari rata-rata konsumsi ikan nasional yang sudah mencapai 50 kilogram per tahun.

“Ini menjadi catatan bagi kami bagaimana mendorong ikan. Yang rendah itu di daerah pegunungan. Ada juga yang bukan pegunungan, seperti Jombang, mungkin karena kultur kuliner di sana yang menyebabkan konsumsi ikan rendah,” katanya.

Emil akan meninjau kembali program “Minapolitan” ketika dia masih menjadi Bupati Trenggalek. Melalui program ini, dia mendorong warga Kecamatan Bendungan, menggunakan jalur air yang ada untuk mendorong budidaya perikanan darat.

Kami akan revisit lagi, apakah konsep itu perlu di-scale up, ditingkatkan di daerah lain di Jawa Timur, sehingga bisa mengatasi rendahnya konsumsi ikan. Karena takutnya, ini berseiring dengan rendahnya protein masyarakat,” katanya.

Mengenai program edukasi bahari yang disarankan oleh Susi Pudjiastuti Menteri Kelautan dan Perikanan, Emil akan menyasar anggota Praja Muda Karana (Pramuka) dengan mendorong kembali program “Kemah Bahari”.

“Kami akan dorong Kemah Bahari untuk meningkatkan familiarity. Seperti yang pernah dicontohkan Bu Menteri, saat kunjungan ke Trenggalek, beliau lebih memilih lewat sungai. Ini sebuah contoh orientasi kepada masyarakat. Bu Gubernur juga mencoba itu, bagaimana kita jangan lagi membelakangi sungai. Bangsa maritim harusnya cinta dengan air,” ujarnya.

Program lain, yang menurut Emil sudah dia lakukan bersama Khofifah, adalah Adopsi DAS Brantas yang saat ini juga sudah mengarah pada Sungai Bengawan Solo. Menurutnya, ini akan dikembangkan, bagaimana agar wilayah laut atau perairan di Jawa Timur bisa dikembangkan dan di dioptimalkan.(den/iss)

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
28o
Kurs