Pemberian penghargaan tersebut diberikan saat upacara peringatan hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke 74 di kantor Kemendikbud, Jalan Jendral Sudirman, Jakarta Pusat, Sabtu (17/8/2019).
Ketiga siswa dari SMAN 2 Palangkaraya, Kalimantan Tengah yang meraih medali emas “World Invention Olympic” itu masing-masing Yazid Rafli Akbar, Anggina Rafitri dan Aysa Aurealya Maharani.
Didampingi orang tuanya, ketiga siswa yang berpakaian adat Dayak saat upacara di Kemendikbud ini mendapat penghargaan langsung yang diberikan oleh Muhadjir Effendy Mendikbud yang juga memakai pakaian adat Sumatra Utara.
Mereka berhasil prestasi atas karya ilmiahnya yaitu menemukan obat penyembuh kanker dari tanaman Bajakah.
Muhadjir menjelaskan, Kemendikbud memberi perhargaan karena ketiganya merupakan siswa yang kreatif dan bisa menggali kearifan lokal hingga dikenal dunia internasional.
Kata Mendikbud, dengan penemuan mereka, membawa nama baik bagi bangsa dan negara.
“Kita beri penghargaan kepada anak yang sangat kreatif dan menggali potensi kearifan lokal untuk sebuah karya sehingga melambung ke tingkat internasional dan membawa nama baik daerah juga Indonesia di kancah internasional,” ujar Muhadjir usai upacara hari kemerdekaan di Kemendikbud, Sabtu (17/8/2019).
Didampingi orang tua, Yazid, Anggina dan Aysa Aurealya Maharani menerima penghargaan dari Mendikbud. Foto: Faiz suarasurabaya.net
Dia menegaskan prestasi ketiga siswa tersebut menjadi pelajaran menarik karena membuktikan Indonesia kaya akan potensi berbagai macam sumber daya.
“Ini pelajaran yang menarik, artinya bahwa Indonesia sebenarnya sangat kaya raya dengan potensi berbagai macam sumber daya, tidak hanya untuk medis tetapi juga lainnya yang sebenarnya bisa mendunia,” tegasnya.
Sementara Yazid Rafli Akbar, Anggina Rafitri dan Aysa Aurealya Maharani akan melakukan penelitian lanjutan agar temuannya ini bisa bermanfaat buat orang banyak.
Soal banyak orang yang berbondong-bondong ke rumahnya menanyakan soal tanaman Bajakah, Aysa menjelaskan kalau penelitiannya masih awal sehingga perlu dilakukan penelitian lebih mendalam.
“Kita jelaskan kalau penelitian kita masih awal, sehingga masih perlu ditindaklanjuti lagi,” kata Aysa.(faz/tin/ipg)