Ratusan hektare hutan di lereng Gunung Welirang terbakar sejak Minggu (29/9/2019) hingga Kamis (3/10/2019). Diduga, kebakaran dipicu oleh ulah pemburu liar yang dengan sengaja membakar hutan untuk mengeluarkan satwa.
Ahmad Wahyudi Kepala UPT Tahura R Suryo mengatakan, pihaknya sangat menyayangkan dan mengutuk keras indikasi ulah tangan manusia yang sengaja membakar hutan di lereng Gunung Welirang.
Hingga kini, titik api masih belum bisa dipadamkan, terdapat titik api di blok plorotan Desa Cembor, Kecamatan Pacet dan di wilayah Trawas. Hembusan angin yang cukup kencang dan tanah yang gambut memicu api sulit untuk dipadamkan. ” Ini yang kita khawatirkan merambah ke lokasi wisata dan pemukiman warga sebab api merembet ke arah sana,” ungkapnya, seperti dilaporkan Fuad reporter Radio Maja Mojokerto.
Menurut Wahyu, kebakaran hutan ini diduga ulah dari para pemburu liar. Mereka sengaja membakar hutan agar hewan rusa keluar dari persembunyiannya. Memang, kawasan Tahura Raden Soerjo merupakan salah satu habitat hewan rusa. Sehingga lokasi ini kerap menjadi sasaran para pemburu liar.
“Kebakaran ini penyebabnya adalah perburuan liar. Itu kan dibakar hutannya, agar hewan rusa keluar. Setelah keluar kemudian ditembak, dikuliti, kemudian diambil dagingnya. Tulangnya ditinggal disitu biar terlihat terbakar,” jelasnya.
Dugaan adanya unsur kesengajaan ini dikuatkan dengan bukti-bukti yang didapat petugas di lapangan saat melakukan pemadaman. Diantaranya yakni sisa tulang rusa yang sebelumnya sudah dipotong dan diambil dagingnya oleh para pemburu.
“Jadi kerangka rusa itu bukan hewan yang terbakar, namun hewan yang diburu dengan cara membakar lahan. Kemudian kerangka dan kulit ditinggal agar seakan-akan terlihat terbakar,” papar Wahyu.
Ia meminta agar masyarakat yang masih melakukan perburuan rusa tidak lagi membakar hutan. Apalagi, rusa merupakan hewan yang dilindungi. Sehingga tidak diperbolehkan untuk diburu.
“Kami mengimbau kepada masyarakat untuk tidak berburu di kawasan hutan Tahura Raden Soerjo. Apalagi dengan cara membakar hutannya. Karena dampak yang ditimbulkan sangat besar dan merugikan kita semua,” tambahnya.
Selain itu, dirinya juga menghimbau bila masyarakat melihat dan menemukan orang orang yang mencurigakan agar segera melaporkan kepada petugas.
Dia memperkirakan, sejak terbakar pada Minggu (29/9/2019) hingga Kamis (3/10/2019) luasan hutan di lereng gunung Welirang yang masuk wilayah Mojokerto terbakar mencapai 100 sampai 150 hektare.
“Sampai saat ini petugas bersama puluhan potensi relawan Mojokerto terus melakukan penyisiran untuk memastikan api tidak kembali menyalah, dan berusaha memadamkan api agar tidak merembet ke lokasi lain,” tandasnya. (fad/dwi/ipg)