Polrestabes Surabaya menggelar pertemuan dengan rektor se-Kota Surabaya, Jumat (25/10/2019). Pertemuan itu untuk membahas seputar kegiatan atau aksi mahasiswa saat peringatan Hari Sumpah Pemuda yang jatuh pada 28 Oktober mendatang.
Kombes Pol Sandi Nugroho Kapolrestabes Surabaya meminta, para rektor ikut berperan dalam hal itu. Salah satunya, mendeteksi dini gerakan mahasiswa. Termasuk, antisipasi adanya penyusup pada unjuk rasa mahasiswa yang bisa menimbulkan kericuhan.
“Pertemuan ini untuk menjalin kerja sama yang baik, sekaligus mengantisipasi fenomena yang berkembang saat ini dengan adanya setelah atau pasca pelantikan presiden. Pastinya ada kegiatan-kegiatan yang menggunakan mahasiswa atau menggunakan kampus,” kata Sandi.
“Kampus menjadi dominan dalam rangka memberikan pencerahan positif kepada mahasiswa. Antisipasi pihak ketiga yang menyusup dalam setiap gerakan mahasiswa yang tujuannya berbuat anarkis,” tambah dia.
Kendati demikian, kondisi Kota Surabaya sampai saat ini masih kondusif. Tapi pihaknya tetap waspada terhadap kemungkinan yang dapat mengganggu keamanan.
“Bukan hanya sekedar saat ada kejadian tapi pasca kejadian kita sudah siapkan untuk bisa antisipasi yang mungkin terjadi di masa yang akan datang,” terangnya.
Sementara itu, Sukadiono Rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya menilai, komunikasi antara pihak kampus dengan kepolisian itu penting.
“Bisa mengedepankan persuasif dan komunikasi dalam setiap penanganan aksi unjuk rasa mahasiswa. Ini yang kami harapkan,” kata dia.
Selama ini, kata dia, mahasiswa dalam aksi unjuk rasa selalu berusaha menghindari aksi anarkis, bersikap kritis dan kooperatif. Kalaupun terjadi anarkis, bisa jadi ada pihak lain yang menunggangi aksi tersebut.
“Dalam hal ini, kami mendukung Polrestabes Surabaya untuk mengamankan Kota Surabaya,” pungkasnya. (ang/iss)