Stigma negatif masih melekat pada masyarakat yang berkonsultasi dengan psikolog di Indonesia. Padahal, mendatangi psikolog ketika merasa memiliki kesehatan mental, tak ada bedanya dengan orang yanh datang ke dokter ketika merasa kurang sehat. Maximillian Herli CEO Riliv sebuah aplikasi konseling psikolog online mengatakan, stigma negatif seperti dianggap gila belum hilang di Indonesia.
“Kami selalu berharap ke depannya orang lebih aware tentang mental health. Di Indonesia, masih terdapat stigma kalau orang datang ke psikolog, masih dianggap negatif. Gila kayak gitu. Kita pengen lebih banyak lagi orang yang datang ke psikolog tanpa perlu malu,” ujar Maxi bertepatan dengan Hari Kesehatan Mental Dunia, Kamis (10/10/2019).
Stigma ini diperkuat dengan data internal riliv yang menyebut bahwa banyak dari pengguna riliv lebih nyaman menggunakan layanan konseling online karena praktis dan tak perlu malu.
“Dari situ, harapannya gak cuman online aja. Di offline, orang-orang ke psikolog juga its okey. Ini tugas bersama, untuk mengedukasi bahwa have a mental health problem is okay,” tegasnya.
Berdasarkan 150 ribu pengguna aplikasi ini, keluhan yang paling banyak ditangani justru masalah sehari-hari.
“150 ribu orang bergabung. Umumnya masalah sehari-hari kayak masalah asrama, sosial anxiety yang susah bergaul, dan masalah kerja, dan masalah2 klinis,” serunya.
Ia mengingatkan agar masyarakat yang memiliki masalah kesehatan mental, khususnya depresi bisa sesegera mungkin mendatangi psikolog. Sebab, beberapa masalah bisa muncul jika tak segera ditangani, salah satunya menjadi tidak produktif. Ia juga mengajak agar masyarakat bisa bekerjasama untuk meningkatkan kesadaran kesehatan mental di Indonesia.
“Salah satunya (dengan, red) kita tidak melakukan judgement ke orang sekitar. Menjadi netizen yang baik itu bisa jadi langkah yang sangat naik. Tidak melakukan komentar-komentar yang negatif kemudian bullying ke temen-teman sekitar. Itu bisa membantu. Kakau ada yang punya masalah, kita dengarkan. Bukan diceramahi atau dianggap gila kalau ke psikolog. Dengan itu saja, kita tidak menyakiti orang, itu jadi hal baik untuk kesehatan mental seseorang,” pungkasnya. (bas/iss/ipg)