Perayaan Jalan Salib menjelang Paskah 2019, Jumat (19/4/2019) digelar Muda-mudi Katolik (Mudika) Gereja Katolik Paroki St. Vincentius A Paulo Jl. Widodaren, Surabaya, dengan menampilkan kisah sengsara Yesus sebelum akhirnya wafat di kayu Salib lewat siluet drama.
Siluet drama, menghadirkan layar kain berwarna putih yang dipasang sedemikian rupa dengan sorot lampu cukup terang pada bagian belakang. Lalu para pemain drama beraksi dengan sorotan lampu sehingga menghasilkan siluet yang bisa disaksikan umat.
Diawali dengan dihakiminya Yesus lantaran dituduh mengajarkan ajaran sesat lalu ditangkap. Pada pengadilan rakyat tersebut Yesus harus disalibkan bersama dengan dua penjahat yang juga dijatuhi hukuman mati di kayu salib.
Setiap gerakan yang ditampilkan pemain, seperti pada saat penghakiman pada Yesus yang disaksikan oleh rakyat, dari layar telrihat tangan-tangan yang justru menuduh Yesus, dan kemarahan mereka untuk segera menghukum Yesus.
Demikian juga saat Yesus memikul kayu salibnya sendiri, dan beberapa kali jatuh, tergambar cukup jelas melalui layar sepanjang lebih dari 5 meter dengan lebar lebih dari 3 meter menghadap umat yang mengikuti ibadah Jalan Salib.
Bahkan hingga akhirnya Yesus disalibkan, layar masih menampilkan adegan-adegan terkait kisah perjalanan sengsara Yesus memikul sendiri kayu salibnya menuju Bukit Golgota atau Bukit Tengkorak untuk disalibkan.
Suara teriakan kesakitan Yesus saat tangan dan kakinya di paku, ditampilkan dengan mematikan lampu penerangan yang berada di balik layar kain putih, lalu hanya suara erangan kesakitan yang memenuhi seluruh ruangan untuk Jalan Salib.
Beberapa umat diantaranya para wanita menundukkan kepala, membayangkan kesakitan Yesus. “Sedih membayangkan teriakan Yesus menahan kesakitan,” ujar Cicilia warga Petemon, yang mengikuti siluet drama Jalan Salib sengsara Yesus.
Puncak Jalan Salib dan penampilan siluet drama gelaran Mudika Gereja Katolik Paroki St. Vincentius A Paulo, adalah dibukanya layar kain putih, dan tampilnya Yesus diatas Kayu Salib dikelilingi beberapa prajurit dan Maria ibunya serta Maria Magdalena. Lalu jenazah Yesus diturunkan dari kayu salib untuk dimakamkan.
Romo Sapta Widada CM, Romo Paroki Gereja Katolik St Vincentius A Paulo, membenarkan bahwa seluruh kegiatan penampilan siluet drama pada Jalan Salib kali ini adalah karya Mudika untuk umat.
“Kreativitas Mudika kami berikan kesempatan untuk menampilkan karyanya pada Jalan Salib menjelang perayaan Paskah tahun ini. Meskipun menggunakan siluet atau gambar siluet, ternyata menarik dan tidak sulit dipahami. Seperti menyaksikan Wayang Kulit kan?” kata Romo Sapta Widada CM.(tok/ipg)