Belum semua masyarakat Indonesia mampu menjadi masyarakat pembelajar sepanjang hayat. Satu diantara indikasinya adalah masyarakat Indonesia belum menjadi masyarakat membaca seperti di negara-negara maju yang mayoritas masyarakatnya lebih banyak menghabiskan waktu luang dengan membaca.
Berangkat dari hal itu, dalam penyelenggaraan Rembuk Nasional Pendidikan dan Kebudayaan (RNPK) 2019, isu tersebut menjadi pokok bahasan, yakni penguatan kemampuan literasi masyarakat.
Dalam ajang yang mempertemukan seluruh pemangku kepentingan di bidang pendidikan dan kebudayaan di seluruh Indonesia itu, gerakan literasi didorong untuk dilaksanakan dalam berbagai program di unit-unit kerja terkait, terutama dalam proses pembelajaran di satuan-satuan pendidikan.
Muhadjir Effendy Menteri Pendidikan dan Kebudayaan mengatakan, gerakan literasi harus terus diperkuat, tidak hanya melalui kegiatan-kegiatan tertentu yang sifatnya sementara.
“Kita harus memastikan sekolah mendorong anak-anak untuk cinta membaca,” ujarnya saat memberikan arahan teknis dalam RNPK 2019, di Pusdiklat Pegawai Kemendikbud, di Depok, Jawa Barat, Selasa (12/2/2019).
Selain melalui perpustakaan, penguatan kemampuan literasi masyarakat dapat dilakukan dengan menumbuhkan taman-taman bacaan. Taman bacaan ini dapat dibangun melalui berbagai pendekatan sesuai dengan target sasarannya. Misalnya taman bacaan yang dikolaborasikan dengan kedai kopi, taman bermain anak, atau lainnya. Tentunya taman bacaan tersebut perlu memerhatikan materi-materi yang sesuai dengan umur dan kebutuhan serta karakteristik masyarakat.
Melalui ajang RNPK 2019, keterlibatan seluruh pemangku kepentingan pendidikan dan kebudayaan diperlukan agar kebijakan terkait penguatan kemampuan literasi masyarakat ke depan semakin tepat di berbagai lini.
“Kita harapkan kemampuan literasi penduduk Indonesia meningkat signifikan,” kata Mendikbud.
Pada 2017 lalu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) telah mengusung Gerakan Literasi Nasional (GLN) yang merupakan upaya pemerintah pusat dalam menguatkan kemampuan literasi masyarakat di berbagai lini. GLN melingkupi empat bagian yakni Gerakan Literasi Sekolah, Gerakan Literasi Keluarga, Gerakan Literasi Bangsa, dan Gerakan Literasi Masyarakat.
Suryani, seorang peserta RNPK 2019, mengungkapkan keinginannya meningkatkan kemampuan literasi guru-guru di sekolahnya yang selama ini didapat secara otodidak. Kepala SD Islam Plus As-Saadatin Kota Depok itu juga membenarkan bahwa gerakan literasi sekolah memiliki dampak luar biasa bagi murid-muridnya, seperti kegiatan 15 menit membaca sebelum pelajaran dimulai, pojok baca di setiap kelas, dan lainnya. (faz/dwi/ipg)