Sabtu, 23 November 2024

Inilah Daftar Pemenang Anugerah Jurnalistik Adinegoro 2018

Laporan oleh Agustina Suminar
Bagikan
Ilustrasi

Setelah melalui diskusi yang ketat, para juri Anugerah Jurnalistik Adinegoro 2018 kategori indepth reporting (penulisan mendalam) media cetak, akhirnya bersepakat dan memutuskan tidak ada pemenang.

“Tidak ada yang memenuhi standar penilaian indepth reporting dan tidak ada perspektif kepentingan publik sehingga kami sepakat tidak menemukan tulisan atau karya yang mendalam implikasinya bagi kepentingan publik,” tegas Marah Sakti Siregar, Ketua Dewan Juri Anugerah Jurnalistik Adinegoro, Rabu (16/1/2019) di Kantor PWI, Jakarta Pusat.

Namun, para juri yang telah menyeleksi semua karya, berdasarkan topik, angle, dampak, upaya, komposisi, dan pengayaan visual, memutuskan memberikan penghargaan kepada karya Ahmadi Sultan berjudul Melihat Geliat Pemilu di Tapal Batas Republika Indonesia; Gairah Tinggi, Menabur Harap Lima Tahun Sekali yang diterbitkan harian Batam Pos, 30 November 2018 lalu.

Selain itu, juga kepada tulisan berjudul Catatan Bukan Si Boy karya Hussein Abri Yusuf Muda Dongoran, yang diterbitkan majalah Tempo (15-21 Oktober 2018).

Menurut Marah Sakti, semua karya yang masuk secara umum baik, dan ada upaya menghadirkan tulisan jurnalistik bertematik yang dalam. Namun tidak memenuhi standardisasi kedalaman penyajian karya jurnalistik yang betul-betul indepth reporting.

Selain itu, tidak ada “greget” serta pilihan angle tidak tepat sasaran. Sehingga pesannya tidak sampai kepada pembacanya.

“Saya senang sekali membaca judul karya ini, tapi sayang kontennya mirip features. Bahasanya sederhana, kurang pilihan kata dan kalimat khas, kurang pengayaan dan impact yang cukup untuk mengedukasi publik,” tambah Dr. Artini salah satu juri, berdasarkan keterangan tertulis yang diterima suarasurabaya.net.

Sedangkan Putut Trihusodo menilai, tidak ada kriteria terpenuhi dalam penyajian berita indepth kali ini. Menurutnya, peserta masih belum paham apa itu tulisan jurnalistik berkedalaman atau lapangan.

Sehingga, Putut Trihusodo salah satu juri mengatakan, secara umum semua karya yang masuk tidak impresif, serta pengungkapan fakta kurang akurat dan tidak jelas.

“Tapi kami mengapresiasinya, menghargai karyanya sehingga kami memberikan penghargaan agar lebih semangat dalam berkarya menyajikan tulisan jurnalistik yang berkedalaman,” harap Putut Trihusodo.

Pemenang Kategori Jurnalistik Radio

Features radio bertajuk Suara Disabilitas Mental Dalam Demokrasi Nasional karya Benny Hermawan, yang dirilis RRI Surabaya 19 November 2018 lalu berhasil meraih Anugerah Jurnalistik Adinegoro 2018 Kategori Radio.

Sedangkan Kejar Kemenangan Agung, Kalahpun Terhormat karya Sri Iswati yang disiarkan siber jayakartanews.com 30 November 2018, meraih Anugerah Juraalistik Adinegoro 2018 Kategori Siber.

Sesuai tema Masyarakat Pers Mengawal Pemilu yang Demokrat dan Bermartabat, para juri Kategori Radio yang terdiri dari Errol Jonathans (Ketua Dewan Juri), Awanda Erna, dan Chandra Novriadi, sepakat bahwa radio-radio peserta Anugerah Jurnalistik Adinegoro kali ini lebih berkualitas dalam teknik audio, human interest, objektif, dan tepat sasaran.

Pemenang kategori ini mampu mengemas karya imajinatif, inovatif, edukatif, dengan menghadirkan tema yang objektif. Begitu juga dengan cara mereka mengompilasi hot issue pemilu sebagai objek pemberitaannya, mampu memberikan stigma bahwa disabilitas jiwa selama ini tidak bisa apa-apa. Namun kenyataannya, mereka memiliki tingkatannya dalam menggunakan hak dalam pemilu.

“Inilah pers yang peka menanggapi hot issue, bahwa suara disabilitas kejiwaan ini juga memiliki hak dalam memilih. Kemasannya lengkap. Ada pro-kontra dari elite politik, pihak medis yang mengungkap bahwa disabilitas ini memiliki tingkatannya. Ketika dalam kondisi benar, dia mampu berbicara benar dan logis. Edukasinya pun sarat. Dari segi narasumber. Akurasi, audio, lengkap sekali dan informasinya benar-benar dapat dipertanggungjawabkan,”
kata Errol Jonathans, yang juga CEO dari Radio Suara Surabaya.

Senada dengan Errol Jonathans, Awanda Erna yang banyak menjadi pembicara dan pengajar jurnalistik radio ini menyatakan, secara umum banyak karya peserta yang menyentuh tematik dan juga berkualitas dalam kemasan beritanya.

“Hanya sayangnya, penyajian mereka sangat lokus. Tidak menangkap hot issue yang nasional seperti karya si pemenang ini,” ujarnya.

Awanda menggambarkan, dalam karya radio ini. si penderita disabilitas dapat diwawancara.

“Bisa iadi, dia tunggu sampai tepat waktunya untuk diajak berbicara tentang haknya. Narasinya berlutur dalam kemasan ini juga enak didengar sehingga mengalahkan karya-karya lain yang juga bagus-bagus,” ujar Awanda Erna.

Pemenang Kategori Jurnalistik Siber

Kejar Kemenangan Agung, Kalahpun Terhormat karya Sri Iswati yang disiarkan siber jayakartanews.com 30 November 2018, meraih Anugerah Juraalistik Adinegoro 2018 Kategori Siber. Karya tersebut disepakati para juri
sebagai karya jurnalistik yang penyajiannya netral, bertutur. tajam, dan beredukasi yang segar.

Menurut Dr.Agus Sudibyo, anggota Dewan Pers yang juga sebagai Ketua Dewan Juri Anugerah Jurnalistik Adinegoro Kategori Jurnalistik Siber ini, karya Sri Iswati ini merupakan sajian siber bertema dan mampu mengajak pembacanya untuk memikirkan kondisi yang terjadi di republik ini, yakni mengejar kemenangan yang agung diidamkan semua pihak, damai dalam
perbedaan. Selain itu juga mengingatkan, mengedukasi masyarakat tentang situasi dan kondisi NKRI.

Agus Sudibyo menilai, karya pemenang siber ini memenuhi kepentingan khalayak, inspiratif, membangun, mengedukasi, menyentuh tema mengawal pemilu yang bermartabat, santun dalam mengkritisi.

“Memberikan informasi. Lengkap format siber dalam format yang segar,
objektif dan enak dibaca dan lugas,” tutur Agus Sudibyo.

Menurut Petty Fatimah, juri lainnya, karya pemenang siber ini menggunakan semua tool yang ada meskipun belum maksimal.

“Suatu produk jurnalistik, pesan yang dibuatnya harus sampai ke komunikan. Tidak ambigu. Si wartawan harus mengemas pesannya sampai pada
pembaca dengan tepat. Bagaimana itu harus sampai harus dibuat semenarik mungkin, mengekplorasi semua kemampuannya dengan pas dalam hitungan waktu yang sedikit mungkin, tapi lengkap,” jelas Petty Fatimah.

“Jadi paparan konten di media siber, selain unik, juga berlomba dengan waktu penyajian dan kreativitas yang terpadu. Karena pembacanya semua serba praktis, baca dan terus pergi. Nah karya pemenang ini mampu menghentikan mata untuk tartarik atau berhenti sejenak guna membaca tulisannya. Dia menggunakan semua tools, video, foto, dan hal-hal terkait. Menarik, informatif, segar, dan kreatif sehingga pesannya yang lengkap itu sampai ke pembaca. Itulah yang ada di karya pemenang ini meski belum spektakuler sekali,” jelas Petty Fatimah, Pemimpin Redaksi majalah Femina dan aktivis wirausaha perempuan ini.

Sependapat dengan kedua iuri tersebut di atas, Dr.Mulharnetty Syas, Dekan Fakultas llmu Komunikasi IISIP mengatakan, “Pesannya sampai ke komunikan. Santun bertutur. Kritisi dan edukasinya seimbang bertematik, segar dan dinamis bertutur. Memenuhi persyaratan berita. narasumbernya terwakili, visualnya lengkap, lugas. dan enak membacanya,” ujar Mulharnetty Syas.

Pemenang Kategori Jurnalistik Televisi

Sementara, Pemenang Kategori Jurnalistik TV, Rabu (16/1/201) malam, menetapkan Features News bertajuk Suara Dari Rimba, karya Anton Bachtiar Rifa’i, yang ditayangkan Liputan 6 SCTV 13 Desember 2018, sebagai pemenang.(tin/rst)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
26o
Kurs