Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta mencatat 15 kali guguran lava keluar dari Gunung Merapi pada Minggu (3/2/2019) sejak pagi hingga siang hari.
Melalui akun twitter resminya, pada periode pengamatan pertama pukul 00.00-06.00 WIB, BPPTKG mencatat tujuh kali guguran lava pijar dan berdasarkan data seismik yang durasinya mencapai 14 sampai 38 detik.
Selanjutnya, pada periode pangamatan kedua, pukul 06.00- 12.00 WIB, jumlah guguran tercatat delapan kali berdasarkan data seismik dengan durasi 11-26 detik. Selama periode pengamatan itu tidak ada guguran yang teramati karena cuaca Gunung Merapi masih berkabut.
Seperti dilansir Antara, menurut analisis morfologi kubah lava Gunung Merapi yang terakhir dirilis BPPTKG, volume kubah lava gunung itu telah mencapai 461.000 meter kubik dengan laju pertumbuhan 1.300 meter kubik per hari atau lebih kecil dari pekan sebelumnya.
Saat ini kubah lava masih stabil dengan laju pertumbuhan yang masih rendah, rata-rata kurang dari 20.000 meter kubik per hari.
Rangkaian awan panas guguran atau “wedhus gembel” keluar dari Gunung Merapi pada 29 Januari 2019 ke arah Kali Gendol. Awan panas guguran pertama teramati pada pukul 20.17 WIB, jarak luncur 1.400 meter dan durasi 141 detik.
Awan panas guguran kedua terjadi pada pukul 20.53 WIB, jarak luncur 1.350 meter dan durasi 135 detik, dan ketiga terjadi pada pukul 21.41 WIB, jarak luncur 1.100 meter dengan durasi 111 detik.
Hingga saat ini BPPTKG masih mempertahankan status Gunung Merapi pada level II atau Waspada, dan untuk sementara tidak merekomendasikan kegiatan pendakian kecuali untuk kepentingan penyelidikan dan penelitian berkaitan dengan upaya mitigasi bencana.
BPPTKG mengimbau warga tidak melakukan aktivitas dalam radius tiga kilometer dari puncak Gunung Merapi. (ant/dwi)