Jumat, 22 November 2024

Gerakan Indonesia Menyusui Ajak Para Ibu Penuhi Hak Bayi

Laporan oleh Agung Hari Baskoro
Bagikan
dr. Wiyarni, SpA Ketua Gerakan Indonesia Menyusui saat mengisi Seminar Gerakan Indonesia Menyusui di Kampus Fisip, Unair, pada Jumat (16/8/2019). Foto: Baskoro suarasurabaya

Pemenuhan hak bayi untuk mendapatkan asi eksklusif penting untuk terus disosialisasikan. Gerakan Indonesia Menyusui (GIM) berupaya untuk menyadarkan hal ini pada semua pihak, terutama keluarga yang sedang memiliki anak di usia emasnya.

Dr. Dini Adityarini, SpA Pembina gerakan ini mengatakan, berbagai upaya yang dilakukan banyak pihak masih belum cukup untuk meningkatkan angka menyusui di Indonesia mencapai angka yang ditargetkan.

“Angka menyusui atau breastfeeding rate hanya di angka 45 persen sampai 50 persen. Angka jauh dari negara Skandanavia, 90 persen bahkan dari target kita masih jauh,” ungkap Dr. Dini di sela acara Seminar Gerakan Indonesia Menyusui di Kampus Fisip, Universitas Airlangga pada Jumat (16/8/2019).


Acara Seminar Gerakan Indonesia Menyusui di Kampus Fisip, Unair. Foto: Baskoro suarasurabaya.net

Ia juga mengaku, menggandeng berbagai kalangan untuk bisa menyebarkan gerakan ini. Menurutnya, tugas ini tak bisa hanya diemban oleh kalangan medis.

“Sehingga diharapkan isu tentang laktasi, penegakan hak-hak bayi, ASI Eksklusif meningkat lebih cepat,” jelasnya.

Saat ini, setengah dari ibu di Indonesia masih memilih menggunakan susu formula atau yang disebut pengganti ASI pada bayinya. Padahal, menurutnya ASI tak bisa digantikan.

Lack of Knowledge atau keterbatasan pengetahuan dikatakannya menjadi sebab utama. Banyak orang mendapat informasi yang bersebrangan sehingga memilih menggunakan susu formula pada bayinya. Alasan lain, karena lebih dari 50 persen ibu di Indonesia menjadi wanita karir sehingga mengalami kendala dalam menyusui.

“Faktor yang mendukungnya (menyusui, red) di lingungan kerja masih sangat minim. Campaign, informasi yang objektif, dan tidak terkait kepentinga apapun masih rendah. Sehingga terjadi kegagalan menyusui,” jelasnya.

Hal serupa disampaikan dr. Wiyarni, SpA Ketua Gerakan Indonesia Menyusui. Ia menyebut, lack of knowledge menjadi masalah serius. Saat ini, informasi dirasa masih belum seimbang sehingga banyak ibu kurang menyadari pentingnya memberikan asi ekslusif pada anaknya. (bas/tin/iss)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
35o
Kurs