Gerakan Pemuda (GP) Ansor menemukan indikasi adanya upaya konsolidasi kelompok radikal dan intoleran di wilayah Indonesia, jelang pelaksanaan Pemilu 2019.
Kelompok yang mengusung Ideologi Khilafah itu, diduga tersebar di berbagai titik, termasuk di lingkungan aparatur sipil negara.
Bahkan, kelompok radikal dan intoleran itu terindikasi merapatkan barisan ke salah satu pasangan calon presiden periode 2019-2024, demi eksistensi di Indonesia.
Pernyataan itu disampaikan Yaqut Cholil Qoumas (Gus Yaqut) Ketua Umum Pimpinan Pusat GP Ansor, siang hari ini, Jumat (11/1/2019), usai melaporkan hasil pantauan di sejumlah daerah kepada Joko Widodo Presiden, di Istana Merdeka, Jakarta.
Dalam pertemuan itu, Gus Yaqut ditemani pimpinan wilayah GP Ansor seluruh Indonesia. Sedangkan Presiden didampingi Pratikno Mensesneg, dan Moeldoko Kepala Staf Kepresidenan.
“Kami menemukan indikasi di banyak daerah seperti Jawa Barat, dan Riau. Kelompok radikal itu terkonsolidasi karena kontestasi Pilpres 2019. Mereka bukan mau merusak Pemilu 2019, tapi merapat ke salah satu kontestan (pasangan capres) dan memasukkan agenda mereka yaitu mendirikan negara Islam, Khilafah Islamiyah atau NKRI Syariah,” ujarnya.
Gus Yakut menegaskan, GP Ansor siap bekerja sama dengan pemerintah melawan kelompok-kelompok yang berupaya mengubah Pancasila dengan ideologi lain.
Merespon laporan GP Ansor itu, Jokowi Presiden, kata Gus Yaqut, merasa senang. Karena, selama ini belum ada yang menyampaikan kondisi lapangan seperti itu.
Lebih lanjut, Presiden mengimbau kepada semua pihak untuk menghargai dan menghormati keberagaman.
Karena, keberagaman suku, agama dan ras adalah anugerah dari Tuhan yang seharusnya bisa dimanfaatkan untuk kemajuan bangsa dan negara.
Jokowi berpesan, jangan sampai keberagaman dipersoalkan sehingga malah kontraproduktif, dan memecah persatuan Indonesia. (rid/tin)