Fenomena bentuk awan menyerupai caping di atas puncak Gunung Lawu, Karanganyar, pada Jumat (8/3/2019) petang menghebohkan jagat maya. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika menyebut sebagai awan lentikularis.
Teguh Tri Susanto Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Juanda mengatakan, awan yang tumbuh di sekitaran gunung itu adalah awan lentikularis. Awan ini terjadi akibat adanya gelombang gunung atau angin lapisan atas yang cukup kuat, dari suatu sisi gunung membentur dinding pegunungan.
Sehingga, kata dia, menimbulkan turbulensi di sisi gunung lainnya dan membentuk awan-awan bertingkat yang berputar seperti lensa. Secara umum, fenomena ini tidak berbahaya. Tapi, bagi dunia penerbangan ini cukup berbahaya karena pesawat akan mengalami turbulensi atau guncangan.
“Awan-awan ini mengindikasikan adanya turbulensi atau putaran angin secara vertikal yang cukup kuat. Sehingga berbahaya bagi penerbangan rendah seperti helikopter di sekitar awan,” kata Teguh, saat dihubungi suarasurabaya.net, Sabtu (9/3/2019).
Secara meteorologi, lanjut dia, fenomena awan ini juga tidak mengindikasikan fenomena lain, seperti akan datangnya gempa atau bencana besar lainnya. Awan tersebut hanya mengindikasikan adanya turbulensi di lapisan atas atau bukan di permukaan bumi.
“Fenomena ini jarang terjadi dan hanya bersifat momentum atau waktu- waktu tertentu. Biasanya, ditandai adanya kecepatan angin yang cukup kuat dan lebih dari beberapa hari di sekitar pegunungan,” katanya. (ang/bid)