Muhammad Abidzan Zahid (12), siswa kelas satu SMP di Surabaya, yang sebelumnya hilang pada Jumat (11/1/2019), akhirnya ditemukan pada Minggu (13/1/2018) dini hari. Abidzan ditemukan saat keluarga melakukan Cash on Delivery (COD) motor yang sebelumnya dipakai temannya untuk menjemput Abidzan pada Jumat pagi.
Imelda, ibu dari Abidzan kepada Radio Suara Surabaya, Minggu (13/1/2018) mengatakan, kronologi bermula saat Dika, salah satu teman main Abidzan pada Kamis (10/1/2019) malam, datang ke rumah untuk mengajak Abidzan ikut tawuran. Tidak diijinkan, Imelda menyuruh Dika segera pulang.
Tetapi saat Abidzan beserta kakaknya berangkat sekolah pada Jumat (11/1/2019) pagi, Abidzan kembali keluar gerbang menghampiri Dika dan mereka pergi keluar sekolah, saat kakaknya sedang memarkirkan motor di sekolah. Sejak saat itu, Abidzan tidak pulang dan tidak dapat dihubungi.
Keluarga sempat berupaya menghubungi Call Center 112, Radio Suara Surabaya hingga ke polisi.
Hingga pada Sabtu malam, keluarga mendapat informasi dari kawan-kawan Kakak Abizan bahwa motor Yamaha Vega R bernopol L 4899 RB milik Dika dijual di salah satu penjualan online. Setelah itu, keluarga berinisiatif untuk berpura-pura sebagai pembeli untuk mengorek infomasi keberadaan Abidzan.
Darisana, penjual menyetujui untuk melakukan COD di halte Menur, Surabaya, pada Minggu pukul 03.00 WIB dini hari. Sesampainya di lokasi, ternyata Abidzan sendiri yang membawa motor, sedangkan Dika temannya bersembunyi di tukang tambal ban yang tidak jauh dari lokasi COD.
Menurut Imelda, Abidzan ditemukan dalam kondisi mengenaskan. Selain kondisi tubuhnya yang kotor karena bekerja sebagai pencuci motor, ia juga mengaku kelaparan.
“Saya menemukan anak saya itu dalam kondisi mengenaskan. Sangat dekil, tangannya hitam, kakinya hitam, saya tanya katanya suruh kerja cuci motor dan disuruh jual minuman di warung. Ketemu saya langsung minta makan, katanya Jumat Sabtu itu tidak makan,” jelas Imelda.
Saat ini, Dika telah diserahkan ke Polsek Mulyorejo Surabaya untuk dilakukan pemeriksaan. Apalagi ditambah Dika merupakan siswa putus sekolah yang memerlukan bimbingan.
Sejak saat itu, Imelda mengaku bahwa pergaulan anak-anak saat ini harus lebih diawasi. Ia juga mengakui kurang memperhatikan teman bergaul anaknya karena sibuk bekerja.
“Pelajarannya, saat ini saya harus punya waktu lebih untuk memperhatikan anak. Selain berusaha untuk memenuhi kebutuhan finansial, saya harus lebih perhatian kepada mereka,” tutupnya.(tin/rst)