Puluhan warga Ponorogo yang mendadak pindah ke Malang diduga karena isu kiamat, juga diikuti anak-anaknya. Beberapa di antaranya dikabarkan absen dari sekolah dan terancam tidak bisa mengikuti Ujian Nasional (Unas) jenjang Sekolah Dasar (SD).
Menanggapi hal itu, Saiful Rachman Kepala Dinas Pendidikan Jatim mengatakan akan berkoordinasi dengan pihak Badan Koordinasi Wilayah (Bakorwil) Ponorogo untuk mendata anak-anak tersebut, khususnya yang akan mengikuti Unas.
Dia memastikan anak-anak tersebut memperoleh hak pendidikannya, tetap bisa mengikuti ujian. Ini disampaikan Saiful, saat dihubungi suarasurabaya.net, Kamis (14/3/2019).
“Kami data dulu, berapa anak yang ikut pindah di Malang. Kami akan koordinasi dengan Bakorwil setempat untuk mendatanya. Mohon waktu dulu,” kata dia.
Menurutnya, tidak ada yang perlu dipermasalahkan. Sebab, anak-anak ini masih bisa diikutkan Ujian Nasional (Unas) di Malang. Sehingga, anak-anak dipastikan tidak akan absen dari Unas tahun ini.
“Tidak ada masalah kalau ujian di Malang. Mereka ini kan semacam terkena dampak permasalahan. Anak yang terjerat kasus kriminal saja tetap kita ikutkan Unas. Masa anak-anak ini tidak bisa diikutkan? Mereka tetap bisa ujian,” kata dia.
Sebelumnya, sebanyak 52 orang warga Desa Watubonang yang meninggalkan desa itu secara mendadak dengan alasan yang kurang jelas. Dari 52 warga yang eksodus, 22 di antaranya masih anak-anak.
Tidak satupun warga yang pindah ini berpamitan dengan pihak desa, sehingga belum diketahui alasan pasti pindahnya. Sebagian warga diketahui pindah ke Kabupaten Malang. (ang/tin/rst)