Densus 88 Anti Teror Mabes Polri menggeledah rumah kos pelaku penyerangan polisi di Polsek Wonokromo, Sabtu (17/8/2019) sore, di Jalan Sidosermo IV Gang 1, Surabaya. Istri pelaku juga dibawa ke Polda Jatim untuk dimintai keterangan.
Ainun Arif (43) Ketua RT 03 RW 02 Kelurahan Sidosermo mengatakan, polisi datang sekitar pukul 19.00 WIB. Kemudian meminta ijin untuk diantarkan ke rumah kos pelaku. Setibanya di kos pelaku, polisi melakukan penggeledahan.
Ada beberapa barang, kata dia, yang dibawa polisi. Seperti laptop, handphone, beberapa identitas mulai KTP, Kartu Keluarga, NPWP, dan kertas. Tapi Ainun tidak tahu persis kertas apa yang dibawa polisi.
Selain mengamankan barang bukti, kata dia, polisi juga membawa istri pelaku untuk dimintai keterangan. Sementara di mata masyarakat setempat, pelaku IM ini dikenal sosok yang baik. Tapi memang jarang bersosialisasi dengan sekitarnya.
“Iya istrinya dibawa sama 3 anak-anaknya yang masih kecil. Baik kok orangnya. Tapi ya memang jarang ngomong sama warga sekitar. Seperlunya saja,” kata Ainun.
Pelaku sudah lima tahunan tinggal di kos pasutri itu. Sehari-harinya, dia berjualan makroni di salah satu sekolah, yang tidak jauh dari tempat tinggalnya. Ainun juga mengungkapkan, pelaku selama ini tidak pernah ikut ibadah di musholla setempat.
“Mesti ikut sholat di musholla sana (jaraknya lebih jauh, red). Tidak pernah di sini. Terus tirakatan kemarin kayaknya juga gak kelihatan,” kata dia.
Sementara itu, Ahmad tetangga mengaku akhir-akhir ini memang ada yang berubah dengan IM. Sejak berjualan di salah satu sekolah, IM mulai tertutup. Sudah tidak lagi ikut kegiatan warga. Seperti acara tahlilan, kerja bakti, dan lain-lain.
Ahmad juga membenarkan, kalau IM lebih sering beribadah di musholla tempat ia berjualan. IM tidak pernah ikut beribadah dengan warga.
“Dulu gak begitu. Ya semenjak jualan di sekolah itu, berubah. Ada dua tahunan lah jualan. Gak pernah ngumpul-ngumpul. Terkesan tertutup. Sekolah itu juga ada mushollanya. Nah, dia sering sholat di sana. Daripada ikut sholat di musholla kami,” kata dia. (ang/bid)