BPBD Kabupaten Mojokerto telah melayangkan surat ke Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan (BBWS) Solo terkait banjir di Kecamatan Dawarblandong, Kabupaten Mojokerto.
“Kali Lamong merupakan kewenangan BBWS Solo sehingga kami sudah kirim surat kesana,” ungkap Mohammad Zaini Kepala BPBD Kabupaten Mojokerto kepada Radio Maja FM Mojokerto, Kamis (2/5/2019).
Selain mengirim surat ke BBWS Solo, pihaknya juga mengirim surat ke Khofifah Indar Parawansa Gubernur Jawa Timur. Menurutnya, Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) dan BPBD Provinsi Jawa Timur akan melakukan finalisasi untuk membahas tanggul di Kali Lamong.
Menurut Zaini, penyebab banjir luapan sungai Lamong di Kecamatan Dawarblandong ini tidak lain disebabkan adanya pendangkalan sungai. Dari yang sebelumnya 9 meter, saat ini hanya tersisa 3 meter. Ditambah dengan tidak adanya tanggul di wilayah tersebut mulai dari Bojonegoro sampai Gresik.
“Kita bersama dengan Lamongan, Gresik, nantinya akan dikomando oleh (pemerintah, red) provinsi,” tuturnya.
Saat ini, kondisi banjir yang melanda di tiga Desa di Kecamatan Dawarblandong ini masih belum surut. Sehingga banyak warga yang lebih memilih mengungsi ke rumah para tetangga atau kerabat yang tak terkena dampak luapan.
Dapur umum juga masih didirikan hingga para korban luapan sungai Lamong dapat beraktifitas normal. Selain itu terdapat 360 bungkus nasi yang disiapkan untuk tiga makan sekali setiap hari untuk satu pengungsi.
Berdasarkan pantauan, ketinggian air hingga kini masih mencapai 1,2 meter. Banjir melanda Kecamatan Dawarblandong dan Kecamatan Sooko di empat desa, yakni Desa Tempur, Desa Banyulegi, Pulorejo dan Talun Brak.
Selain rumah, beberapa fasilitas umum dan fasilitas pendidikan di Kecamatan Sooko juga ikut terendam banjir.
“Di kecamatan Sooko tidak hanya rumah, melainkan sebuah sekolahan dan balai desa juga terdampak, meski tidak parah,” pungkasnya.(fuad/tin)