Angka kejadian bunuh diri di Indonesia selalu underreported atau tidak bisa menggambarkan fenomena secara utuh.
Dr Nalini Muhdi, SpKJ Perwakilan Indonesia untuk International Association for Suicide Prevention (IASP) mengatakan, angka bunuh diri selalu menjadi kendala di negara ini.
“Angka bunuh diri, selalu underreported karena angkanya itu segmented. Rumah sakit ini buat, itu, jadi tidak meenyeluruh. Meskipun Departemen Kesehatan, Kemenkes, dalam hal ini Direktorat Kesehatan Jiwa dia punya (data, red), tapi saya yakin hanay fenomena gunung es,” ujar Dr Nalini.
Ia mengatakan, fenomena sulitnya melakukan pencatatan yang utuh pada angka bunuh diri juga terjadi di dunia Internasional. Ia mengatakan, angka bunuh diri sedunia yang dirilis WHO juga belum mampu memotret realitas secara utuh.
“Internasional pun, yang mengatakan 800 ribu sampe 1 juta orang meninggal setiap tahun, itu kan yang meninggal dan reported. yang tidak tercatat itu bisa puluhan kalinya. Apalagi yang tidak meninggal,” jelasnya.
Salah satu kendalanya adalah pencatatan kejadian di rumah sakit. Menurutnya, rumah sakit seringkali menuliskan kejadian yang berpotensi akibat bunuh diri sebagai kejadian lainnya.
“Di RSUD DR Soetomo sendiri, sebenanrya ada, tapi biasana tidak ditulis sebagai suicide attack. Sekarang kan (misal, red) intoksinasi itu, keracunan kan tidak masuk psikatri, tapi masuk penyakit dalam, itu. Dan kadang-kadang dikonsulkan ke kami, kadang gak. Sekali lagi saya sudah minta untu cari didata, tapi ternyata banyak yang tidak ditulis,” katanya.
Menurutnya, hal berbeda sudah dilakukan di Malaysia. Di rumah sakit negeri Jiran itu, pasien yang masuk IRD harus diklasifikasi terlebih dahulu apakah ada resiko bunuh diri atau tidak.
“Kita berupaya saran ke direksi untuk dilakukan. Paling tidak oleh RSUD Dr Soetomo. tapi belum juga dilakukan,” ujarnya.
Ia berharap, langkah-langkah tersebut, bisa membantu pihak terkait untuk mendapatkan data yang lebih valid terkait angka bunuh diri.
“Paling tidak bagaimana upaya untuk medekati angka yang lebih valid. kalau sekarang kan sama sekali tidak akurat,” pungkasnya. (bas/dwi/rst)