Aerobus China Incorporation, perusahaan penyedia transportasi massal berbasis rel di China menawarkan pembangunan skytrain atau kereta layang kepada Pemprov Jatim.
“Skytrain sejenis kereta api. Cuma gantung. Jadi tidak di darat. Rodanya kabel tapi bukan cable car,” kata Cui Xi Wakil Manager Umum (Vice General Manager/VGM) Aerobus China Inc.
Perwakilan perusahaan Aerobus China Inc ini menawarkan langsung pembangunan kereta layang ini kepada Khofifah Indar Parawansa Gubernur Jawa Timur di Gedung Negara Grahadi, kemarin, Senin (18/9/2019).
Skytrain, kata Cui Xi, bukan hal baru. Sejumlah negara di Eropa dan China sudah menggunakan jenis transportasi massal ini karena cocok dipakai untuk segala medan seperti bukit maupun lembah.
Dia juga mengklaim, kereta layang buatan Aerobus sangat efisien. Tidak harus membebaskan banyak lahan dan harganya relatif murah. Katanya, hanya sekitar sepertiga biaya pembangunan MRT.
Khofifah Indar Parawansa mengatakan, dari hasil pertemuan dengan Cui Xi itu, dia mendapati bahwa kereta layang Aerobus punya banyak fungsi. Tidak hanya penumpang tetapi juga barang.
“Jadi kereta layang ini nanti bisa terkoneksi dengan Pelabuhan Tanjung Perak dan dengan area industri,” katanya. “Pembebasan lahannya juga tidak terlalu banyak, dan ramah lingkungan.”
Khofifah juga mengatakan, biaya pembangunan kereta layang ini berdasarkan tingkat kemahalan masih berada di bawah biaya yang dibutuhkan untuk membangun light rail transit (LRT).
“Yang ditawarkan ini skytrain generasi keenam. Dari tingkat kemahalan paling mahal hari ini adalah high speed (kereta cepat), berikutnya MRT, LRT, terus skytrain,” ujarnya.
Namun, Pemprov Jatim saat ini masih menunggu. Khofifah mengatakan, sebenarnya sudah banyak investor asing yang menawarkan moda transportasi massal kepadanya.
Berbagai format sudah pernah ditawarkan investor asal China, Perancis, maupun Inggris. Tapi Pemprov, kata Khofifah, masih menunggu Peraturan Presiden tentang Tata Ruang Strategis Nasional.
Sebab, di dalam Perpres tentang Tata Ruang Strategis Nasional itu terdapat detail transportasi publik yang tepat bagi pengembangan kawasan Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo dan Lamongan (Gerbang Kertosusila).
“Kebetulan mereka (Aerobus China Inc.) mendengar dan berminat. Saya pikir, ini proyek besar. Lazimnya ada konsorsium, dan kami berharap ada opsi untuk Gerbangkertosusila, Bromo Tengger Semeru, dan Selingkar Wilis,” ujarnya.
Pembangunan kereta layang seperti ini sudah pernah dilakukan Angkasa Pura II di Indonesia. Skytrain bertajuk Kalayang Bandara Soekarno-Hatta kerja sama dengan investor asal Korea Selatan sudah dibuka sejak gratis untuk umum sejak 2017 lalu. (den/bas/ipg)