Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) 2019 dipastikan akan memiliki dua model tes yang harus dihadapi calon mahasiswa. Mohammad Nasir Menteri Riset, Teknologi, dan Perguruan Tinggi (Menristek Dikti) mengatakan, dua model tes tersebut adalah Tes Potensi Skolastik (TPS) dan Tes Kompetensi Akademik (TKA).
“Tes Potensi Skolastik (TPS) adalah menguji pada anak dilihat kalau nanti kuliah apakah akan selesai atau tidak, karena kita ingin menghindari DO (Drop Out,red) di tengah jalan. Yang kedua, pilihan anak terhadap bidang studi, yaitu namanya Tes Kompetensi Akademik (TKA). Kalau akan ambil tes ini, anak ini nanti cocoknya di bidang apa sih,” ujar Nasir kepada suarasurabaya.net.
Ia mengatakan, pada tahun ini siswa akan mengikuti kedua tes tersebut terlebih dahulu, dan nilai yang keluar dapat digunakan untuk mendaftar program studi yang diinginkan. Sehingga, siswa dapat melihat potensi kelolosannya di program studi yang diinginkan.
“Saya punya potensi, katakanlah, nilai 98. Wah, saya punya potensi ambil program studi A. Saya nilai 90, oh nanti saya cocok untuk program studi B. Siswa biar bisa menentukan sebelum memilih jurusan sehingga sebaran anak yang masuk perguruan tinggi tidak akan rendah tingkat selektifitasnya,” kata Nasir mencontohkan.
Tak hanya itu, sistem ini juga bisa menguntungkan siswa yang nilainya rendah agar bisa segera berjaga-jaga dengan mendaftar ujian mandiri atau mendaftar di perguruan tinggi swasta sehingga sebaran siswa jadi lebih baik. Sistem ini juga dianggap Nasir dapat memunculkan transparansi karena nilai sudah diketahui terlebih dahulu sebelum memilih program studi yang diinginkan. (bas/iss/rst)