Pemprov Jatim akan melanjutkan 71,685 kilometer pembangunan Jalan Lintas Selatan (JLS) dari 300,60 kilometer yang tersisa dengan dana pinjaman Islamic Development Bank (IDB).
JLS yang dibangun agar terjalin konektivitas antarwilayah utara, tengah, dan selatan Jawa Timur sudah terbangun sepanjang 379,52 km. Pemprov akan terus berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait.
Khofifah Indar Parawansa Gubernur Jatim sudah memaparkan perkembangan JLS kepada Anggota DPRD Jatim kemarin, Senin (11/11/2019). Sisa panjang JLS yang belum terbangun, kata dia, 228,915 kilometer.
“Pemprov akan memfasilitasi dan berkoordinasi dengan Kementerian PUPR, kabupaten/kota dan stakeholder terkait, menyiapkan readiness criteria pembangunan JLS,” ujarnya, Selasa (12/11/2019).
Dengan koordinasi secara periodik antar-stakeholder, Khofifah berharap penuntasan JLS segera tercapai sehingga konektivitas wilayah itu membuat akses antarwilayah menjadi lebih efektif dan efisien.
“JLS akan meningkatkan kelancaran arus barang dan jasa, menurunkan biaya logistik, mewujudkan akses merata bagi masyarakat, dan bisa mewujudkan sinergi pusat kawasan potensial di Jatim,” katanya.
Emil Elestianto Dardak Wakil Gubernur Jawa Timur mengatakan, pembangunan JLS ini akan disinkronkan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2019-2024.
“Gubernur sudah bertemu presiden, presiden menyampaikan ada tiga prioritas tema pembangunan kewilayahan yang mau didorong. Tidak cukup dengan APBD karena ini kan jalan strategis nasional,” ujar Emil.
Adapun 71,685 kilometer pembangunan JLS yang dibangun dengan dana pinjaman IDB, kata Emil, salah satunya di ruas yang menghubungkan Pelabuhan Prigi dengan Tulungagung.
“Ini cukup signifikan. Dari Prigi ke Pacitan, waktu kami Bupati, jalan yang tadinya alang-alang lebarnya kurang lebih 4 meteran. Jalan selatan kabupaten geometrinya juga sudah kami perbaiki. Itu cukup membantu angkutan barang skala kecil,” katanya.
Emil berharap Pelabuhan Prigi bisa segera beroperasi sehingga masyarakat bisa langsung menempuh jalur dari Pacitan ke pelabuhan. Tidak perlu berputar naik ke utara, tapi bisa langsung dari selatan.
“Apalagi Pacitan sudah nyambung sampai Jogja. Kami di Jatim akan fokus bagaimana jalan provinsi yang ada dibenahi dulu. Kalau dulu idealnya dilebarkan, sekarang ada strategi perkerasan bahu jalan,” ujarnya.
Strategi perkerasan bahu jalan ini, kata Emil, setidaknya bisa menjadikan arus barang dan jasa lebih lancar dan sesuai untuk diterapkan di tengah keterbatasan anggaran Pemprov Jatim.
“Kami tingkatkan beberapa kali lipat cakupan panjang kilometer yang bisa meningkat layanannya hanya dengan perkerasan bahu jalan. Ini strategi kami. Di mana provinsi bisa masuk, itu harus kami petakan satu per satu,” ujarnya.
Adapun ruas JLS lain yang sedang dikerjakan adalah segmen di Blitar, juga segmen dari Balekambang ke arah batas Blitar-Malang. Juga segmen di wilayah Jember-Lumajang.
Ada pula segmen dari Dampit, Malang Selatan, ke Lumajang. Namun, kondisi jalan segmen ini menurut Emil masih kurang pas. Pemprov akan berkoordinasi bagaimana memperbaiki geometri jalan itu.
“Kebetulan beberapa ini ada di dalam konsep rancangan Perpres yang sudah disiapkan. Tetapi, kami perlu pemetaan yang lebih konkrit. Bagaimana menyelesaikan sisa ruas JLS selama lima tahun ke depan,” ujarnya.(den/dwi)