Jumlah kasus kecelakaan di Jatim, khususnya di jalan tol selama 2018 mencapai 49 kasus. Tol Ngawi-Wilangan menduduki peringkat pertama dengan jumlah laka paling banyak, yaitu 18 kejadian.
Sementara di urutan kedua, laka terjadi di Jalan Tol Surabaya-Mojokerto. Dengan total korban yang meninggal dunia sebanyak 18 orang.
AKBP Muhammad Aldian Wadirlantas Polda Jatim mengatakan, rata-rata penyebab kecelakaan yang terjadi di jalan tol karena overspeed. Pengendara seringkali menggunakan kecepatan tinggi, karena melihat jalanan tol yang cenderung lurus.
Selain overspeed, penyebab lainnya yang sering terjadi karena ban becah dan tabrak dari arah belakang.
“Perilaku pengendara di jalan tol, mereka antusiasnya tinggi. Biasanya kena macet, begitu lewat tol jalannya lurus dan lancar. Itu yang memicu mereka memacu kecepatannya. Adanya tol ini untuk memudahkan, tapi bisa juga menimbulkan kerawanan,” kata Aldian, kepada Radio Suara Surabaya, Minggu (6/1/2019).
Adapun kasus kecelakaan yang paling menonjol di tahun 2018 kemarin, kata dia, beberapa kecelakaan maut yang terjadi di Tol Surabaya-Mojokerto. Salah satunya, kecelakaan yang melibatkan mobil dinas AKBP Tofik Sukendar Kapolres Tulungagung.
Akibat kecelakan ini, dua korban meninggal dunia. Yaitu Ny Anggi Rahyu istri Kapolres Tulungagung dan Bripda Lutfi ajudan Kapolres.
“Yang paling parah di Jalur Sumo, tepatnya di KM 716-720. Termasuk yang korbannya Pak Kapolres. Tapi tetap kecelakaan yang banyak terjadi itu di Jalur Ngawi-Wilangan,” kata dia.
Aldian mengimbau, agar pengendara mengontrol kecepatannya saat melintas di jalan tol. Maksimal kecepatannya yaitu 100 kilometer per jam.
“Sering-sering lihat spedometernya. Karena kadang kecepatan 100 kilometer per jam itu tidak terasa. Kalau lebih sedikit untuk mendahului kendaraan ya tidak apa-apa, tapi setelah itu balik ke kecepatan awal,” jelasnya. (ang/rst/rst)