Sabtu, 23 November 2024

40 Pengungsi Wamena Asal Jatim Tiba di Surabaya

Laporan oleh Denza Perdana
Bagikan
Puluhan warga Jatim pengungsi Wamena, Papua, tiba di Asrama Transito Disnakertrans Jatim, Surabaya dari Semarang, Minggu (29/9/2019). Foto: Denza suarasurabaya.net

Sebanyak 40 orang warga Jatim pengungsi Wamena, Papua, tiba di Surabaya dari Semarang, Minggu (29/9/2019). Untuk sementara mereka ditampung di Asrama Transito Disnakertrans Jatim.

Dari 40 orang pengungsi itu, 32 di antaranya berasal dari Sampang, Jawa Timur. Sedangkan sisanya berasal dari Mojokerto dan Lumajang. Rencananya, mereka akan dipulangkan hari ini juga.

“Ya, ini yang pertama dari Semarang. Hari ini langsung kami antar pulang ke keluarganya. Tapi untuk sementara kami persilakan mereka istirahat dulu,” ujar Novi Widyani Staf Tagana Dinsos Jatim di Transito.

Hasannudin warga Omben, Sampang yang tinggal dan berwirausaha di Kelurahan Sinakma, di Distrik Wamena, Jayawijaya mengungkapkan bagaimana mencekamnya kerusuhan sejak Senin (23/9/2019) lalu.

Dia bilang, Sekolah Yapis di Jalan Homhom Wamena dibakar. Banyak korban berjatuhan dan banyak warga mengungsi. “Ribuan orang masih tertahan di Bandara Wamena menunggu Hercules,” katanya.

Hasanuddin sendiri tampak terpukul. Di tengah menceritakan kerusuhan itu, di Transito, air matanya menetes. Dia sampai salah menyebut perjalanannya dari Wamena ke Surabaya.

Hasanuddin mengatakan, dia naik Hercules dari Wamena ke Timika, transit di Biak, lalu ke Makassar, baru menuju Bandara Juanda. Padahal, dia dan 39 pengungsi lainnya dijemput petugas Dinsos di Semarang.

Seluruh pengungsi yang tiba di Transito hari ini diungsikan ke Bandara Ahmad Yani Semarang dengan Hercules dari Bandara Wamena. Dari Semarang mereka ke Surabaya naik bus Dinsos.

Hasanuddin yang membuka usaha pangkas rambut di Sinakma mengatakan, tokoh masyarakat setempat memang sudah mengingatkan agar mereka para pendatang segera mengungsi.

Saat pecahnya kerusuhan, warga pendatang sudah berlindung di Markas Polres dan Kodim setempat.

Iin pengungsi asal Mojosari, Mojokerto, yang tinggal di Wamena, mengatakan, ketegangan di Wamena terasa sebulan sebelum pecahnya kerusuhan yang berawal dari aksi unjuk rasa Senin kemarin.

“Karena belum ada yang menyinggung-nyinggung warga pendatang, kami awalnya masih tenang-tenang. Sampai akhirnya terjadi kerusuhan Senin kemarin. Kami mengungsi. Banyak yang ingin keluar,” ujarnya.

Dia mengatakan, memang banyak korban meninggal akibat kerusuhan itu, yang menurut Polri terjadi akibat kabar bohong atau hoaks.(den/tin/dwi)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
26o
Kurs