Prestasi berskala internasional diraih Bobby Ongkojoyo mahasiswa Fakultas Bisnis Ekonomika dan Daud Hernoud Christhen Loudoe mahasiswa Teknik Kimia fakultas Teknik Universitas Surabaya (Ubaya).
Bobby Ongkojoyo mengukir prestasi internasional pada kompetisi debat se Asia, dan Daud Hernoud Chrsisthen Loudoe raih juara pertama Asian English Olympics (AEO) kategori debate competition yang digelar Binus English Club di Jakarta.
Kedua mahasiswa Ubaya ini berhasil mengalahkan lebih dari 667 peserta yang datang dari 40 institusi di 8 negara di Asia yaitu Indonesia, Filipina, Vietnam, Malaysia, Korea Selatan, Bangladesh, Kirgiztan, dan Makau.
“Sebenarnya ini kali kedua ikut lomba, namun yang pertama hanya sampai semifinal. Senang rasanya tahun ini bisa menang, skor poin yang didapat saat kompetisi juga stabil. Tidak seperti tahun lalu yang naik-turun,” terang Bobby yang juga merebut predikat Best Speaker AEO 2019.
Bobby Ongkojoyo menyampaikan tahun 2019 ini tercatat sebanyak 80 peserta yang mengikuti kompetisi bergengsi ini. Meraih peringkat pertama dan menjadi pemenang tidaklah mudah, Bobby dan Daud harus mendapatkan poin pada masing-masing tahap perlombaan hingga menuju grand final.
Mulai dari technical meeting, kemudian dilanjutkan babak penyisihan yang berlangsung sebanyak enam ronde dan menggunakan sistem penilaian yang dilakukan dengan mengumpulkan poin.
Sistem pengumpulan poin ini akan menentukan tim yang akan maju ke babak pre semifinal. Melalui sistem penilaian dan poin tertinggi dari juri pada babak grand final menghantarkan Bobby dan Daud membawa pulang dua medali emas AEO 2019.
“Untuk persiapan hanya empat hari yang intensif mulai dari jam 9 pagi hingga jam 9 malam. Ya harus pintar membagi waktu antara jam kuliah dan jam bimbingan. Tidur juga hanya 1 sampai 2 jam sehari,” papar Daud yang juga menjabat sebagai ketua Majelis Perwakilan Mahasiswa (MPM) Ubaya.
Sedangkan menurut Bobby, membuat 7 menit berarti dalam kompetisi, peserta harus tahu penjelasan apa yang harus diambil dan dibuang agar lebih efektif. “Intinya kita harus bertahan di setiap prosesnya,” kata Bobby yang juga pernah meraih juara 3 di ajang kompetisi debat regional, East Java Varsity English Debate tahun 2018.
Penilaian pada kompetisi ini berdasarkan seberapa paham para peserta mampu menjelaskan topik dan tema debat yang diberikan juri saat kompetisi berlangsung.
“Tema diberikan kepada peserta itu 15 menit sebelum debat berlangsung. Sistem penilaian sendiri untuk debat itu bisa dilihat dari substansi, isu-isu yang diangkat, dan bagaimana kita bisa meyakinkan juri bahwa argumen kita benar. Penjelasannya harus kompleks dan satu argumen bisa menghabiskan waktu 4 hingga 5 menit,” terang Daud.
Selain mengikuti kompetisi, Bobby dan Daud berkesempatan untuk saling mengenal dengan peserta lain baik dari institusi ternama di dalam maupun luar negeri. Para peserta juga mendapatkan coaching clinic terkait kompetisi AEO oleh juri.
Hal ini tentunya menjadi kesempatan berharga bagi para peserta untuk mengetahui strategi-strategi debat dan mendapat ilmu pengetahuan baru dari para profesional.
Bobby dan Daud tidak memiliki rahasia khusus untuk memenangkan kompetisi debat bahasa Inggris. Latihan yang tekun dan tidak mudah putus asa adalah kunci dari usaha mereka.
“Yang terpenting adalah banyak latihan dan banyak ikut lomba. Ada pepatah mengatakan yang cocok untuk kompetisi debat yaitu belajarlah bahasa ketiga. Bahasa pertama Indonesia, bahasa kedua bahasa Inggris dan yang ketiga adalah bahasa debat,” tegas Bobby dan Daud, Rabu (20/3/2019).(tok/dwi)