Totok Suprayitno, Kepala Balitbang Kemendikbud mengungkapkan beberapa hasil angket ujian nasional tahun 2019. Satu diantara yang menarik dari hasil angket UN 2019, sebanyak 19 persen responden angket yang memiliki capaian UN tinggi merupakan siswa yang berasal dari latar belakang keluarga dengan ekonomi kurang menguntungkan atau ekonomi lemah. Mereka disebut Totok sebagai siswa berdaya juang tinggi.
“Anak-anak yang dalam kehidupan sehari-hari serba kekurangan, setelah kita cek, ternyata nilai mereka tinggi. Belajar dalam kondisi kekurangan ternyata bisa berprestasi baik. Ini luar biasa. Anak dengan resilience atau ketahanmalangan,” ujarTotok dalam konferensi pers hasil UN 2019 di kantor Kemendikbud, Jakarta, Selasa (7/5/2019).
Kata Totok, angket diisi oleh 50 peserta di setiap sekolah pelaksana UNBK usai mengerjakan soal. Angket ini bertujuan untuk menggali informasi non-kognitif agar diperoleh analisis menyeluruh mengenai faktor-faktor yang memengaruhi capaian siswa.
Menurut dia, ada lima jenis angket yang dapat dikerjakan oleh siswa seusai mengerjakan UN. Namun, setiap siswa hanya perlu mengerjakan satu jenis paket saja. Pertanyaan di dalam angket terkait indikator sosial-ekonomi seperti pekerjaan dan pendidikan orangtua serta kepemilikan barang. Selain itu, digali juga persepsi siswa dalam mengenali bakat dan keunggulan diri, serta cita-cita (aspirasi) siswa.
“Persoalan ketahanmalangan ini bisa menjadi kriteria karakter anak Indonesia yang perlu ditumbuhkan,” tegas Kabalitbang. (faz/iss/ipg)