Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Malang menyatakan setidaknya 19 desa di sembilan kecamatan di daerah itu berpotensi mengalami kekeringan pada 2019.
Bambang Istiawan Kepala BPBD Kabupaten Malang di Malang, Sabtu (31/8/2019), mengatakan jika dibandingkan dengan 2018, pada tahun ini terjadi peningkatan wilayah yang diperkirakan mengalami kekeringan karena musim kemarau panjang.
“Pada 2018, ada sembilan desa di tujuh kecamatan. Diperkirakan, pada 2019 potensi kekeringan terjadi di 19 desa, pada sembilan kecamatan di Kabupaten Malang,” katanya di Pendopo Agung Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Hingga saat ini, BPBD Kabupaten Malang telah melakukan penyaluran air atau pengiriman air bersih ke wilayah terdampak dan sudah berstatus mengalami kekeringan.
Penyaluran air bersih telah dilakukan BPBD Kabupaten Malang di Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Donomulyo, dan Pagak, sedangkan untuk wilayah Kecamatan Sumberpucung rencananya dipasok pada pekan depan.
Ia menjelaskan kendati suatu wilayah kecamatan disebut sebagai terdampak kekeringan, berdasarkan fakta di lapangan, tidak semua wilayah di suatu kecamatan tersebut kekeringan.
“Hanya wilayah-wilayah atau kantong-kantong tertentu yang mengalami kekeringan. Jadi tidak semua wilayah di satu kecamatan tersebut, akan tetapi di titik tertentu saja,” ujar Bambang dilansir Antara.
Ia menambahkan persoalan kekeringan yang membuat perlunya pasokan air bersih di wilayah-wilayah yang sudah tidak memiliki sumber air lagi karena kemarau. Pasokan air yang dikirimkan BPBD Kabupaten Malang dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
“Kami akan tetap berusaha untuk ‘dropping’ air, untuk jangka pendek. Supaya kehidupan masyarakat bisa seperti kondisi normal dan tidak terganggu,” kata Bambang.
Dalam kesempatan itu, Branch Manager Lembaga Swadaya Masyarakat Aksi Cepat Tanggap (ACT) Malang Diki Taufik Sidik mengatakan pihaknya telah menyiapkan skema penanggulangan kekeringan jangka panjang, khususnya di wilayah Kabupaten Malang.
Skema tersebut, katanya, pembuatan sumur wakaf di titik-titik tertentu di suatu wilayah yang memiliki potensi kekeringan saat kemarau. Saat ini, sudah ada satu sumur wakaf yang dibangun di Kabupaten Malang.
“Untuk jangka panjang, kami memiliki program sumur wakaf. Kami akan mencari sumber mata air dan kemudian membangun sumur di situ,” katanya.
Diki menambahkan pembangunan satu sumur wakaf membutuhkan biaya kurang lebih Rp50 juta. Pendanaan tersebut, murni berasal dari bantuan masyarakat, khususnya yang berada di wilayah Malang Raya.
“Ini tergantung dari partisipasi publik. Namun, bisa menjadi solusi pada saat terjadi kekeringan,” katanya.
ACT telah menyalurkan bantuan air bersih ke wilayah-wilayah terdampak kekeringan di Kabupaten Malang. Penyaluran air bersih tersebut akan dilakukan selama musim kemarau yang diprediksi baru akan berakhir pada Desember 2019. Rencananya, setiap minggu akan didistribusikan 25.000 liter air menggunakan lima truk tangki.
Di wilayah Kabupaten Malangi, tercatat empat kecamatan mengalami kekeringan pada puncak musim kemarau, seperti saat ini. Sebanyak empat kecamatan tersebut, Sumberpucung, Sumawe, Donomulyo, dan Pagak.(ant/bid)