Sejumlah pelajar Surabaya tertangkap “ngelem” bareng-bareng, di balai RT Jalan Kutisari Selatan, Minggu (11/11/2018). Tri Rismaharini Wali Kota Surabaya meminta Dinas Pendidikan mendampingi mereka.
Risma tidak menyebutkan, pendampingan bagaimana yang dilakukan Dinas Pendidikan Surabaya. Polisi memang tidak menahan mereka karena tak ada pidana yang menjerat para penggemar “lem.”
“Ini udah didata, baru ketemu. Karena ada yang SMP, ya. Dinas pendidikan sedang mendampingi mereka, dan Ini baru pertama kali di Surabaya, meski di beberapa kota sudah ada,” ujarnya, Selasa (13/11/2018).
Beberapa warga Kutisari Selatan I menyebutkan, balai atau pos RT itu memang tidak dikunci sehingga anak-anak itu bisa dengan mudah berkumpul di sana mabuk lem bersama-sama.
Saat polisi menemukan mereka, sebagian besar dari 10 anak-anak itu sudah dalam keadaan fly. Dari hasil pemeriksaan, 9 dari 10 anak itu pelajar SD dan SMP di Surabaya.
“Soal pos tidak dikunci itu, ya, nanti kita lihat lah ya. Aku belum tahu anak-anak ini dapat dari mana (lem/cara ngelem), itu yang paling penting menurutku,” kata Risma.
Pesta lem ini ditemukan oleh sejumlah anggota Polsek Tenggilis Mejoyo menindaklanjuti laporan masyarakat bahwa ada sekelompok anak-anak dan remaja, dua di antaranya perempuan kumpul di Balai RT.
AKP Puguh Kanit Reskrim Polsek Tenggilis Mejoyo mengatakan, rata-rata usia anak-anak yang tertangkap ngelem itu antara 10-18 tahun. Hanya satu di antara mereka yang sudah berusia 18 tahun dan putus sekolah.
Polisi memutuskan untuk tidak menahan anak-anak itu demi memberi kesempatan mereka untuk berubah lebih baik. Mereka dikembalikan ke keluarga masing-masing. Tidak ditahan.
Soal dari mana mereka mendapatkan dan tahu cara ngelem, AKP Puguh mengatakan, mereka diduga mendapatkan informasi dari mulut ke mulut atau dari internet.
Kepada polisi, salah satu dari anak-anak itu mengaku tidak sekali itu mereka melakukan kegiatan ini. Sebelumnya sudah pernah mereka lakukan, tapi tidak jelas berapa kali.(den/iss/ipg)