Jenderal Polisi Tito Karnavian Kapolri mengatakan, tim gabungan TNI dan Polri yang jumlahnya sekitar 150 orang sudah bergerak melakukan penyisiran di daerah Papua.
Tim gabungan itu berupaya menangkap kelompok bersenjata yang beberapa hari lalu melakukan penembakan di Kabupaten Nduga, hingga mengakibatkan sekitar 20 orang meninggal dunia.
Disinyalir, para pelaku adalah anggota Tentara Pembebasan Nasional Organisasi Papua Merdeka (OPM), yang kerap melakukan aksi teror.
“Kalau dari sisi jumlah personel, kemampuan dan persenjataan, tentunya Polri dan TNI jauh lebih unggul ketimbang kelompok OPM. Yang jadi kendala adalah daerah yang luas, dan medannya juga sulit dilalui,” ujarnya usai rapat dengan Joko Widodo Presiden, Wiranto Menkopolhukam dan Basuki Hadimuljono Menteri PUPR, Rabu (5/13/2018), di Istana Merdeka, Jakarta.
Menurut Jenderal Tito, Kelompok OPM pimpinan pimpinan Egianus Kogoya, jumlahnya tidak lebih dari 50 orang, dan menguasai sekitar 20 unit senjata api.
“Senjata itu antara lain sisa-sisa dari konflik di Ambon. Waktu ada konflik di sana ‘kan Gudang Senjata Brimob ada yang dibobol oleh warga sipil,” ungkapnya.
Selain itu, sambung Tito, senjata api milik OPM ada yang berasal dari perbatasan Papua Nugini, dan selebihnya hasil rampasan aparat TNI/Polri yang mereka lumpuhkan.
Seperti diketahui, aksi teror OPM terhadap pekerja PT. Istaka Karya yang sedang membangun jembatan di Kali Yigi dan Aurak, Distrik Yigi, Kabupaten Nduga, Papua, mengakibatkan 20 orang meninggal dunia.
Dari 20 orang korban, sebanyak 19 orang merupakan pekerja. Sedangkan seorang lagi anggota TNI yang sedang bertugas menjaga keamanan di daerah tersebut.
Dugaan sementara, para pekerja itu dibunuh karena seorang di antaranya mengambil foto perayaan ulang tahun Tentara Pembebasan Nasional Organisasi Papua Merdeka, di dekat jembatan yang masuk dalam proyek Jalan Trans Papua. (rid/tin)