Sabtu, 23 November 2024

BNPB : Pemkot Surabaya Perlu Evaluasi Proses Perizinan, Pasca Amblesnya Raya Gubeng

Laporan oleh Muchlis Fadjarudin
Bagikan
Sutopo dalam jumpa pers di kantor BNPB, Jalan Pramuka, Jakarta Timur, Rabu (19/12/2018). Foto: Faiz suarasurabaya.net

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memberikan saran-sarannya terkait amblesnya jalan raya Gubeng di kota Surabaya, JawaTimur.

Sutopo Purwo Nugroho Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB menyarankan agar dibentuk Tim independen untuk menyelidiki kejadian itu.

Selain itu, kata Sutopo, pemerintah kota Surabaya agar mengevaluasi proses perizinan dan mekanisme pengawasan terhadap pelaksanaan konstruksi.

Menurut Sutopo, audit forensik terkait beberapa proyek di sekitar amblesnya jalan raya Gubeng juga perlu dilakukan, agar kejadian tersebut tidk terulang.

“Perlu udit forensik terkait dengan berbagai proyek sekitar lokasi kejadian bencana yang berpeluang menjadi pemicu terjadinya musibah,” ujar Sutopo dalam jumpa pers di kantor BNPB, Jalan Pramuka, Jakarta Timur, Rabu (19/12/2018).

Sutopo sudah melihat bahwa Polri sejak tadi malam sudah melakukan penanganan-penanganan, karena jalan itu sangat vital, dan pasti akan segera diperbaiki dengan diuruk atau di bangun jalan kembali.

Kemudian,kata dia, aparat penegak hukum disana menginvestigasi terkait dengan adanya kecelakaan atau musibah kesalahan konstruksi tersebut.

Sebelumnya, Sutopo mengatakan, amblesan di jalan raya Gubeng, Surabaya, Jawa Timur, kedalamannya mencapai 30 meter. Sedangkan untuk lebarnya adalah delapan meter.

Berdasarkan pantauan Seismograf BMKG, kata Sutopo, amblesan di jalan raya Gubeng terjadi sebanyak dua kali.

“Amblesan berlangsung dua kali. Berdasarkan pantauan seismogra‎f BMKG, amblesan terjadi yaitu pada pukul 21.41 WIB dan pukul 22.30 WIB,” ujar Sutopo.

Menurut dia, amblesan ini bukan disebabkan oleh gempa bumi atau aktivitas tektonik, karena tidak terdeteksi sama sekali.

“Jadi kalau ada yang mengisukan ada kaitannya dengan sesar Surabaya, sesar Waru yang melintas disana, itu tidak betul. Karena tidak ada aktivitas tektonik pada saat kejadian,” tegasnya.

Dan peristiwa ini, kata dia, disebut amblesan tanah, bukan liquifaksi karena tidak ada fenomena mencairnya material tanah di lokasi kejadian.

Menurut Sutopo, kejadian amblesan jalan raya Gubeng disebabkan kesalahan konstruksi. Jadi, adanya pekerjaan pembangunan basement rumah sakit yang tidak menggunakan dinding penahan tanah yang langsung berhadapan dengan jalan berpeluang menimbulkan dorongan tanah secara horisontal atau sliding pada area jalan disekitarnya.

Apalagi, kata Sutopo, beban jalan juga karena pengaruh transportasi lalulintas terus berjalan, ditambah musim hujan, sehingga tanah mudah sekali terjadinya sliding.

“Itulah yang terjadi amblesan atau sliding tanah tadi mengarah ke galian basement tanah,” jelasnya.

Sutopo menegaskan, fenomena ini hampir sama dengan kejadian jalan yang ambles masuk ke penggalian batubara di Kalimantan Timur beberapa minggu yang lalu. Jadi fenomena-fenomena ini adalah lebih banyak karena kesalahan konstruksi terkait dalam pembangunan basement rumah sakit yang sedang dibangun disana.(faz/rst)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
26o
Kurs