Warga sekitar tempat pemakaman umum (TPU) Putat Gede di Kelurahan Putat Jaya Kecamatan Sawahan menimbun kembali liang lahat yang dipersiapkan untuk memakamkan sejumlah teroris. Hal ini merupakan bentuk penolakan warga terhadap terorisme.
Proses penggalian 7 liang lahat tersebut mulai dilakukan sejak Selasa (15/5/2018) sampai Kamis (17/5/2018).
Menjelang Jumat (18/5/2018) dini hari ternyata ke 7 liang lahat yang sudah digali itu ditimbun kembali dengan menggunakan tanah oleh sejumlah warga masyarakat yang mengaku tidak setuju jika terduga teroris dimakamkan di TPU Putat Gede.
M. Yunus Camat Sawahan saat dikonfirmasi membenarkan bahwa warganya, khususnya yang berada tidak jauh dari lokasi TPU Putat Gede memang menutup kembali liang lahat yang sudah digali di pemakaman dengan tanah.
“Warga memang menolak rencana pemakaman sejumlah terduga teroris di TPU Putat Gede Kelurahan Putat Jaya Kecamatan Sawahan tersebut. Liang lahat yang sudah digali itu, ditutup kembali oleh warga yang menolak,” terang M. Yunus.
Ada dua alasan mendasar yang diterima Yunus dari penolakan yang dilakukan warganya, terhadap rencana pemakaman terduga teroris pelaku pengeboman disejumlah gereja di Kota Surabaya itu.
Yang pertama, warga menolak lantaran melihat kenyataan dan informasi dari banyak media bahwa hingga saat ini jenazah terduga teroris itu masih belum diambil oleh keluarganya. “Warga melihat kalau keluarganya saja menolak, atau enggan ngurusi jenazah terduga teroris itu, apalagi warga,” tegas Yunus.
Alasan yang kedua, karena peristiwa pengeboman itu meninggalkan trauma buruk bagi siapa saja, termasuk bagi masyarakat. “Pengeboman gereja satu di antaranya terjadi di wilayah kecamatan Sawahan kan? Itu juga jadi alasan penolakan warga,” tambah Yunus.
Pantauan suarasurabaya.net, Jumat (18/5/2018) siang, ketujuh liang lahat yang sudah digali di bagian ujung barat kompleks TPU Putat Gede, memang sudah tertutup dengan tanah liat.
Suroso satu di antara warga Putat Jaya yang tempat tinggalnya tidak jauh dari TPU Putat Gede Kelurahan Putat Jaya tersebut menyampaikan bisa jadi warga memang marah akibat ulah pelaku pengeboman dan terduga teroris itu.
“Warga mungkin marah dan melihat sepak tejang terduga teroris yang ngebom gereja itu tidak layak ditiru, dan warga menolak jasadnya dimakamkan disini,” pungkas Suroso.(tok/iss)