Civitas Universitas Airlangga memperingati 110 Tahun Hari Kebangkitan Nasional dengan menggelar upacara dan deklarasi bersama untuk mengecam dan melawan aksi terorisme, Senin (21/5/2018).
Prof. Moh. Nasih Rektor Unair melalui siaran pers menyatakan, Unair siap melawan oknum-oknum yang terlibat dalam aksi terorisme. Terlebih dalam insiden teror bom di Surabaya yang baru saja terjadi, nama Unair kerap dikaitkan.
“Kami mengajak kepada seluruh civitas dan elemen bangsa untuk siap bangkit membangun negara dengan segenap potensi yang dimiliki. Bangkit mengejar ketertinggalan, bangkit untuk melawan kebodohan, dan bangkit bersama untuk melawan segala bentuk terorisme,” ujarnya.
Selain itu, kata Nasih, seluruh jajaran pimpinan Unair sangat tegas untuk melawan berbagai ideologi yang bertentangan dengan Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika. Tidak ada ruang di Unair bagi mereka yang tidak selaras dengan visi misi universitas dan upaya universitas untuk mewujudkan Indonesia yang adil dan beradab.
Unair dengan tegas akan memberhentikan dosen, mahasiswa, maupun tenaga kependidikan yang memiliki misi untuk merongrong Negara Kesatuan Republik Indonesia.
“Dosen, mahasiswa, ataupun tenaga kependidikan yang memiliki misi tertentu dan memiliki sikap anti Pancasila, kami minta untuk keluar dari barisan Unai,” kata dia.
Bagi PNS di lingkungan Unair, jika terbukti melakukan sikap yang anti Pancasila, maka status sebagai PNS akan langsung dicabut
Berkenaan dengan beberapa informasi yang menyebutkan adanya civitas Unair yang terlibat pada organisasi yang anti Pancasila dan NKRI, pihak Unair akan terus melakukan penelusuran dan jika terbukti, maka pihak Unair siap memberhentikan.
Sementara, Suko Widodo Ketua Pusat Informasi dan Humas Unair menyatakan bahwa mahasiswa memang perlu untuk lebih “srawung” atau bersilaturahmi dengan masyarakat.
“Dari srawung, mahasiswa bisa belajar langsung tentang kehidupan,” ujar Suko.(iss/ipg)