Sabtu, 23 November 2024

UPT PSDA Bojonegoro Waspadai Kenaikan Air Bengawan Solo

Laporan oleh Ika Suryani Syarief
Bagikan
Meluapnya Bengawan Solo membuat batas sungai dengan daratan menjadi tidak jelas. Desa-desa yang berada di bantaran Bengawan Solo menjadi korban akibat meluapnya Bengawan Solo. Foto: Dok. suarasurabaya.net

Unit Pelaksana Teknis Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Bengawan Solo di Bojonegoro terus mewaspadai kenaikan air Bengawan Solo di hulu, Jawa Tengah, juga Ngawi dalam beberapa hari terakhir.

“Kenaikan air di Bengawan Madiun, Ndungus, Ngawi, disebabkan hujan deras di wilayah Ngawi dan sekitarnya dua hari lalu,” kata Budi Indro Petugas Posko UPT PSDA Wilayah Sungai Bengawan Solo di Bojonegoro, Selasa (6/3/2018) seperti dilansir Antara.

Sesuai data, kenaikan air Bengawan Madiun, di Ndungus, Ngawi, mengakibatkan ketinggian air di hilir Jawa Timur, naik, meskipun tidak masuk siaga banjir.

Begitu pula ketinggian air di taman Bengawan Solo (TBS) Bojonegoro yang semula sekitar 9 meter, naik tajam menjadi 11,55 meter, Selasa (6/3/2018) pukul 06.00 WIB.

Status air di hilirnya, Babat, Laren, Karanggeneng, dan Kuro, Lamongan, turut mengalami peningkatan tapi masih di bawah siaga banjir pada waktu bersamaan dengan ketinggian masing-masing 6,63 meter, 4,46 meter, 3,48 meter, dan 1,54 meter.

“Pemantauan ketinggian air dilakukan tiga jam sekali, karena masih di bawah siaga banjir,” ujarnya.

Sesuai laporan dari UPT Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Bengawan Solo di Ngawi, ketinggian air Bengawan Solo di Jurug, Solo, Jawa Tengah, masuk siaga II-kuning dengan ketinggian air mencapai 8,2 meter, Selasa (6/3/2018) pukul 00.00 WIB.

“BPBD tetap mewaspadai ancaman banjir luapan Bengawan Solo juga banjir bandang selama Maret, sebab curah hujan masih tinggi,” ucap Budi Mulyono Kasi Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bojonegoro menegaskan.

Sesuai prakiraan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Karangploso, Malang, lanjut dia, curah hujan tertinggi di Jawa Timur, pada Maret bisa mencapai 401 milimeter.

“Curah hujan tertingi Maret itu masih berpeluang menimbulkan banjir,” ujarnya.

Dia menambahkan, berbagai kebutuhan dalam menghadapi kemungkinan sungai terpanjang di Jawa di daerahnya meluap, mulai sembako, perahu karet, tenda pengungsian, juga yang lainnya sudah dipersiapkan.

Imam Musholi Mantri Pengairan Kecamatan Temayang, Bojonegoro menambahkan air di Waduk Pacal melimpas melalui saluran pelimpas sekitar 9,5 meter kubik/detik, akibat waduk masih memperoleh tambahan air hujan di wilayah tangkapan air.

“Air yang keluar melalui saluran pelimpas tidak menimbulkan genangan banjir,” katanya. (ant/ino)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
26o
Kurs