Universitas Brawijaya (UB) Malang telah menyalurkan bantuan kemanusiaan berupa keperluan dan peralatan kecantikan serta mesin jahit untuk para pengungsi Suriah yang berada di kamp-kamp pengungsian.
Maulina Pia Wulandari Staf Ahli Wakil Rektor IV Bidang Perencanaan dan Kerja Sama di Malang, Sabtu (14/7/2018), menyampaikan bantuan kemanusiaan UB merupakan wujud kepedulian terhadap masalah kemanusiaan dan perdamaian dunia yang sedang terjadi seperti di Suriah.
“Bantuan yang diberikan di kamp pengungsi Suriah ini difokuskan untuk pemberdayaan masyarakat, terutama mereka yang sedang mengalami masalah dengan kemanusiaan,” kata dosen Ilmu Komunikasi tersebut dilansir dari Antara.
Bantuan kemanusiaan tersebut, sudah diserahkan perwakilan UB kepada Andi Rachmianto Duta Besar Indonesia untuk Kerajaan Yordania. Selanjutnya, bantuan itu telah diserahkan kepada United Nations High Commissioner for Refugee (UNHCR) beberapa waktu lalu.
Lebih lanjut, Pia mengatakan bantuan kemanusiaan UB direncanakan menjadi kegiatan tahunan.
“Rektor bersama WR IV sedang menyusun perencanaan program kemanusiaan UB selama empat tahun ke depan,” kata Pia.
Menurut dia, bentuk bantuan UB yang akan diserahkan itu tergantung kebutuhan para pengungsi, seperti seragam sekolah, program pelatihan dan beasiswa.
Sementara itu Dr Muhammad Sasmito Djati Wakil Rektor IV Bidang Perencanaan dan Kerja Sama menambahkan UB juga memberikan beasiswa Munir Award kepada warga Palestina.
“Pemberian nama Munir ini terinspirasi dari alumni Fakultas Hukum UB, Munir, yang merupakan aktivis Hak Asasi Manusia (HAM),” katanya.
Ia menerangkan tahap pertama Munir Award diberikan kepada pemuda-pemudi Palestina yang memilih tetap tinggal disana untuk memperjuangkan hak asasi mereka dalam bentuk pendidikan. Penerima beasiswa ini harus memenuhi syarat beraktivitas sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Palestina.
Sebab, lanjutnya, kalau pegawai negeri mereka diharuskan untuk kembali ke negara asalnya setelah dididik di Indonesia, khususnya di UB pada semua fakultas. Dengan belajar di Indonesia, harapannya mereka bisa mengetahui kehidupan dalam keragaman dan tetap damai, di antaranya keragaman agama dan madzhab.
“Pesan ini perlu disampaikan disamping mereka belajar sains dan teknologi. Mereka juga mempelajari bahasa dan budaya Indonesia,” ujarnya.
Pada tahap awal pemberian beasiswa ini terpilih enam penerima dari puluhan pelamar.
“Seleksinya tentu saja tergantung anggaran yang tersedia,” ucapnya.
Ia optimistis mahasiswa Palestina yang mempunyai daya juang tinggi dan mampu menyelesaikan kuliahnya dengan baik. Keenam mahasiswa tersebut tersebar pada program magister dan doktoral, di antaranya Fakultas Ilmu Komputer, Fakultas Ekonomi dan Bisnis serta Fakultas Ilmu Administrasi.
Munir Award merupakan beasiswa penuh yang meliputi biaya kuliah, biaya hidup, dan tanggungan keluarga. Para alumni peraih beasiswa ini diharapkan bisa kembali ke negara asalnya dengan penguasaan sains dan teknologi serta mengemban misi perdamaian melalui pendidikan plural yang diterapkan di Indonesia.
Rencananya, bantuan kemanusian (perdamaian) UB akan dikembangkan ke negara-negara lain yang sedang mengalami krisis kemanusiaan, seperti Mongolia dan Rohingya di Myanmar. Hasil-hasil penelitian sivitas akademika UB juga akan dimasukkan dalam bantuan tersebut, seperti minyak atsiri, kosmetika dan vaksin.(ant/tin/dwi)