Generasi milenial, anak-anak kelahiran 1980-2000, dianggap spesial dari generasi sebelumnya. Terutama berkaitan dengan teknologi.
Maka jangan heran kalau remaja milenial bisa berkutat dengan gawai seharian di kamar. Hal ini tentu berbeda dengan era mudanya orang tua zaman dulu. Karena itu mempunyai anak generasi milenial bisa dikatakan susah-susah gampang.
Mengutip sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id, inilah beberapa tips orang tua mendampingi remaja milenial:
Pertama, jadilah orang tua yang update teknologi. Sangat penting terus belajar teknologi yang telah berkembang pesat. Seringkali orang tua terlalu kolot dalam menanggapi teknologi karena sempitnya pengetahuan mereka. Justru hal inilah yang akan membuat remaja memberontak.
Setelah update, orang tua juga harus bisa menggunakan gawai secara cerdas. Karena banyak juga orang tua yang terbawa arus euforia sehingga berlebihan menggunakan gawai. Keuntungan orang tua update antara lain, dapat lebih `nyambung` dengan anak sekaligus bisa memantaunya tanpa jadi orang tua yang kolot dan menyebalkan.
Kedua, set ground rules. Ajaklah remaja berdiskusi. Masa remaja bukanlah masa kanak-kanak lagi sehingga pendekatannya pun berbeda. Mereka butuh didengar pendapatnya dan tidak mau didikte. Untuk itu, bimbing dan dukunglah supaya masa remajanya mampu menjadikan masa emasnya. Beri mereka kebebasan untuk mengenal hal positif dari luasnya dunia ini.
Dengan mengajak remaja berdiskusi, kita mengajari mereka untuk terbuka dan membuat kita mengetahui bagaimana pandangan mereka terhadap hal-hal baru. Hal ini penting dalam masa pencarian jati dirinya. Selain itu, berdiskusi juga mampu membuat mereka memahami logika berpikir dan tindakan yang akan dilakukannya dan memahami konsekuensinya.
Ketiga, jadilah teman dan role model yang baik bagi anak. Saat keluarga mampu menjadi role model yang kuat, remaja tidak akan kehilangan figur panutan dan akan menjadi seorang yang tangguh dalam menghadapi persoalan di era milenial ini.
Mudahnya akses informasi tanpa bekal pengetahuan dan karakter yang kuat dari orang tua membuat banyak remaja lebih mudah terjerumus pada pergaulan yang salah. Komunikasi yang buruk juga bisa memicu krisis kepercayaan remaja pada orang tua yang membuat mereka lebih percaya pada temannya.
Oleh karena itu, jadilah sahabat yang demokratis bagi remaja. Mengembangkan komunikasi dua arah yang terbuka dan tidak memaksakan kehendak. Dengan demikian mereka akan merasa didengarkan dan dihargai sehingga merasa nyaman serta percaya kepada orang tua.
Dengan begitu remaja diharapkan bisa menemukan masa emasnya dalam masa milenial yang sangat banyak kemudahannya.(ipg)