Depresi bisa terjadi pada siapa saja, termasuk orang yang memiliki latar belakang pendidikan tinggi. Margaretha Ahli Kesehatan Mental Fakultas Psikologi Unair menyebut, tingkat pendidikan tidak memiliki hubungan langsung dengan kesehatan mental.
Ia hanya menyebut, orang dengan pendidikan tinggi lebih memiliki kesempatan pada wawasan yang lebih luas, memiliki pola hidup sehat, mengetahui cara menyelesaikan masalah, dan cara mengaktualisaikan potensi diri.
Namun, ada fakta menarik yang menyebut, orang dengan tingkat pendidikan tinggi, justru memiliki perasaan sejahtera yang lebih rendah dari orang dengan pendidikan tidak tinggi.
“Mungkin kebanyakan mikir kali ya mas,” kata Margaretha kepada suarasurabaya.net, Jumat (30/11/2018).
Ia menyebut, depresi menjadi salah satu persolan gangguan mental yang jamak terjadi dan bisa berujung pada keinginan untuk bunuh diri. Margaretha menyebut, orang bunuh diri biasanya sebelumnya mengalami perasaan berlebih-lebih. Orang tersebut kesulitan memahami kondisi dan menyelesaikan persoalan hidupnya.
“Akhirnya muncul pikiran sesaat yang bisa merusak diri dan orang lain, bunuh diri misalnya,” kata Margaretha.
Ia menyebut, praktik bunuh diri bukan sesuatu terjadi secara tiba-tiba. Praktik ini selalu diikuti terlebih dahulu dengan fase depresif. Setelah itu, baru muncul keinginan untuk mengakhiri hidup. (bas/ipg)