Ali Fauzi Manzi mantan teroris yang juga adik dari Amrozi pelaku bom di Bali mengatakan harus ada upaya pencegahan dalam meminimalisir aksi teror yang dilakukan oleh para kelompok ekstrimis. Salah satunya, polisi harus lebih ketat mengawasi penjualan bahan-bahan kimia, yang terjual bebas di Surabaya.
Dari pengalamannya, lanjut dia, banyak para teroris yang membeli bahan baku bom di Surabaya. Termasuk Amrozi kakaknya, atau pelaku bom Bali yang pernah membeli bahan peledak di Surabaya sebanyak 10 ton, dan dikirim ke berbagai daerah.
“Tentu untuk meminimalisir ledakan susulan pihak Polda Jatim tentu harus melakukan pencegahan pada bahan kimia. Apa yang mereka (red, para teroris) cari, apa yang bisa mereka kombinasikan bahan-bahan itu. Mas Amrozi beli bahan-bahan peledak bisa sampai 10 ton dari Surabaya. Bukan kebobolan, itu karena memang dijual bebas disini,” kata Ali yang saat ini menjadi ketua Yayasan Lingkar Perdamaian.
Menurutnya, para pelaku bom di Surabaya kemungkinan juga mendapatkan bahan peledak itu di Surabaya. Selain bahannya mudah didapatkan, kata dia, pembuatan bom juga dinilai cukup mudah daripada membuat layang-layang.
Untuk itu, upaya pencegahan harus dilakukan secara bersama-sama. Tidak hanya polisi, tetapi masyarakat juga bisa menjadi mata sekaligus telinga bagi aparat penegak hukum, untuk ikut mengawasi adanya aktvitas-aktivitas yang mencurigakan di sekitarnya.
“Kalau membuat layang-layang harus seimbang tidak dan lain-lain. Tapi bom tidak. Bagi saya sangat mudah. Lebih mudah daripada membuat layang-layang. Itu yang harus diperhatikan. Melakukan pencegahan memang bukan pekerjaan mudah. Tapi saya yakin, kalau dikerjakan secara profesional dan sistematis, bisa mempersempit ruang gerak teroris di Indonesia,” tuturnya. (ang/tin/rst)