Oky Sukma Hakim Prakirawan BMKG Juanda mengatakan, mulai April dasarian kedua (11-20 April 2018, red) wilayah Surabaya akan mulai memasuki masa transisi ke musim kemarau. Kemungkinan cuaca ekstrem akan semakin intens sehingga masyarakat harus lebih waspada.
“Kita sudah memasuki masa transisi dari musim hujan ke kemarau, warga harus lebih waspada. Karena potensi terjadinya cuaca ekstrem akan meningkat. Berdasarkan data tahun lalu, cuaca ekstrem malah sering terjadi di masa-masa transisi seperti ini,” ujarnya pada Rabu (4/4/2018).
Saat dikonfirmasi oleh suarasurabaya.net mengenai cuaca ekstrem hujan es di wilayah Sidoarjo dan Mojokerto beberapa hari lalu, Oky menjelaskan bahwa hujan es dapat terjadi karena adanya awan cumulonimbus (CB) yang cukup pekat di atas sana. Es yang ada di dalamnya kurang dapat terkikis oleh suhu cuaca yang ada, maka terjadilah hujan es.
“Hujan es itu karena awan cumulonimbus. Karena pada dasarnya awan cumulonimbus mengandung partikel es di dalamnya. Sehingga ketika partikel es tersebut tidak dapat terkikis sempurna oleh suhu cuaca saat hujan, maka es tersebut akan ikut turun bersama hujan dan itu yang sering kita sebut dengan hujan es,” ujar dia menjelaskan fenomena hujan es.
Oky juga menjelaskan untuk kemungkinan terjadi hujan es di Surabaya juga ada, namun kemungkinan terbesar terjadinya hujan es hanya berada di wilayah Sidoarjo dan Mojokerto.
Sementara, cuaca hari ini di Kota Surabaya akan didominasi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat di siang dan sore hari. Suhu berkisar 26-30 derajat Celcius dengan kecepatan angin maksimal 40km/jam. (ino/iss/ipg)