Jumat, 31 Januari 2025
Penjual Sayur Keliling Naik Haji

Sisihkan Hasil Jualan di Bawah Tikar, Sampai Makan Aking Sisa Nasi Tetangga

Laporan oleh Denza Perdana
Bagikan
Sariati (57 tahun), jamaah calon haji asal Tuban yang tergabung di kelompok terbang (kloter) 42 Asrama Haji Embarkasi Surabaya (AHES). Foto: Istimewa

Sariati (57 tahun), jamaah calon haji asal Tuban yang tergabung di kelompok terbang (kloter) 42 Asrama Haji Embarkasi Surabaya (AHES), punya keinginan yang sangat kuat untuk menunaikan Rukun Islam kelima.

Untuk mewujudkan keinginannya itu, dengan tekun Sariati menyisihkan hasil penjualan sayurnya, yang tidak seberapa, di bawah tikar pandan di rumahnya, sampai akhirnya pada 1995 silam dia membuka rekening di bank.

“Pertama kali saya menabung itu Rp2.500. Ada pelanggan yang ngasih tahu, makanya saya tabung di bank,” katanya, di AHES, Selasa (31/7/2018).

Kebiasaan menyisihkan uang di bawah tikar pandan, lalu menyetornya ke bank kalau sudah terkumpul cukup banyak, terus berlanjut selama kurang lebih 15 tahun.

Selama itu pula, janda ibu satu anak ini tetap berjualan sayur, keliling Kota Tuban, dengan sepedanya. Walaupun penghasilannya semakin tidak menentu, dia tidak berputus asa.

Pada tahun 2000-an lalu, dia punya pelanggan seorang pengusaha katering. Hasil jualannya lumayan, bisa Rp50ribu per hari. Tapi pelanggannya sekarang sudah pensiun.

“Tiga tahun lalu ibu itu sudah pensiun. Sudah tidak usaha katering lagi. Jadi sekarang saya sudah tidak punya langganan,” ujar Sariati.

Tekad Sariati untuk naik haji sudah sangat bulat. Pada 2010 lalu, uang tabungannya di bank sudah terkumpul Rp26 juta. Karena sudah cukup, uang itu segera dia gunakan untuk mendaftar haji.

Tapi dia tidak bisa berhenti menabung. Ada ongkos naik haji (ONH) yang harus dia penuhi. Padahal, hasil dagangannya semenjak kehilangan pelanggan semakin tak menentu.

Sekarang ini, dengan modal awal Rp500 ribu rupiah, keuntungan hasil jualan sayur yang dia dapat hanya berkisar antara Rp15 ribu hingga Rp30 ribu per hari.

Maka penghematan harus tetap dia lakukan untuk menutup ONH. Setiap hari dia sisihkan Rp3.000 sampai Rp10 ribu, setelah kebutuhan lain seperti uang sekolah anaknya terpenuhi.

Dia bahkan rela memakan nasi aking. Nasi sisa yang dia dapatkan dari tetangganya, dia jemur, lalu dimasak lagi untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari.

“Ya, supaya bisa menabung. Biasanya ada ibu-ibu yang ngasih nasi sisa. Saya jadikan karak (dengan dijemur), lalu saya masak lagi. Bisa dimakan,” kata perempuan itu.

Sekarang Sariati sudah di AHES. Dia sudah siap menjalankan Rukun Islam kelima. Berangkat ke tanah suci. Keinginannya untuk berkunjung ke Rumah Allah benar-benar terwujud. (den/bas/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Awan Lentikulari di Penanggungan Mojokerto

Evakuasi Babi yang Berada di Tol Waru

Pohon Tumbang di Jalan Khairil Anwar

Mobil Tabrak Dumptruk di Tol Kejapanan-Sidoarjo pada Senin Pagi

Surabaya
Jumat, 31 Januari 2025
28o
Kurs