Pilot dan Pegawai PT Garuda Indonesia berencana melakukan aksi mogok massal menjelang arus mudik 2018.
Rencana mogok itu merupakan bentuk protes terhadap manajemen perusahaan, kondisi keuangan, nilai saham serta pembengkakan jumlah direksi di maskapai penerbangan plat merah tersebut.
Ahmad Irfan Ketua Serikat Karyawan PT.Garuda Indonesia (Sekarga) menyatakan, aksi mogok adalah upaya terakhir supaya pemerintah berperan aktif menyelamatkan PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk.
“Kami sudah mencoba memberikan masukan kepada Menteri BUMN sejak tahun 2017, tetapi tidak mendapat respon yang diharapkan,” ujarnya melalui pesan singkat yang diterima redaksi suarasurabaya.net, Sabtu (2/6/2018).
Rencana mogok itu, lanjut Irfan, merupakan bukti kecintaan seluruh pegawai Garuda Indonesia supaya salah urus manajemen bisa diselesaikan oleh Pemerintah.
“Kepada Mayarakat Indonesia kami memohon maaf yang sebesar-besarnya atas rencana mogok yang akan dilakukan. Nantinya kami akan memberitahukan publik paling lambat 7 hari sebelum aksi mogok dilakukan,” imbuhnya.
Keputusan itu diambil karena pihak pegawai Garuda sudah
menghitung dan mempertimbangkan dengan sangat cermat, kalau keputusan mogok harus diambil. Maka kegiatan itu pasti tidak bertepatan dengan momen krusial para konsumen yaitu mudik lebaran.
“Kami bersyukur hari Kamis tanggal 31 Mei 2018 sudah bertemu Bapak Luhut Binsar Panjaitan Menko Kemaritiman, yang berjanji akan mencari solusi terbaik terkait permasalahan ini. Kami berharap segera ada solusi sehingga mogok kerja tidak perlu kami lakukan,” tegas Irfan.
Berdasarkan data pegawai, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk yang merupakan perusahaan publik, sedang mengalami penurunan kinerja di berbagai lini.
Penurunan Harga saham GIAA yang terjadi terus menerus sampai dengan penutupan hari kamis 31 Mei 2018 pada harga Rp254 per lembar, dibandingkan pada saat IPO harga saham Rp750 per lembar.
Kondisi itu dinilai sangat merugikan perusahaan dan juga masyarakat luas, serta terjadi pengurangan pelayanan terhadap konsumen di berbagai lini, akibat degradasi kinerja. (rid/tna)