Sabtu, 23 November 2024

Serangan AS ke Suriah Tambah Ketegangan di Timur Tengah

Laporan oleh Pratino Aditya Tama
Bagikan
Kondisi langit Damaskus Suriah saat rudal AS melintas sebelum menewaskan 40 korban. Foto: theaustralian.com.au

Serangan pasukan Amerika Serikat dan sekutunya ke Suriah diprediksi menambah ketegangan di kawasan Timur Tengah, kata Dr Yon Machmudi pengamat Timur Tengah dari Universitas Indonesia (UI).

“Serangan AS ini akan menambah ketegangan di kawasan dan meningkatkan eskalasi konflik. Lagi-lagi rakyat Suriah yang terus menjadi korban. Ini karena serangan AS tidak malah membuat rezim Bashar Asad mengendorkan operasinya terhadap kelompok oposisi bersenjata di Suriah, tetapi malah sebaliknya mendorongnya semakin keras melakukan serangan balasan kepada musuh-musuhnya,” katanya di Jakarta, Sabtu (14/4/2018).

Pada Sabtu menjelang subuh, Amerika Serikat akhirnya benar-benar merealisasikan ancamannya dengan melakukan pengeboman di tiga sasaran fasilitas militer baik di Damaskus maupun Homs.

Awalnya ancaman AS itu dianggap pihak Suriah sebagai gertakan saja. Namun Presiden Donald Trump ternyata benar-benar memerintahkan penyerangan itu. Serangan 10 rudal yang menewaskan sekitar 40 korban itu memang ditujukan untuk melumpuhkan fasilitas-fasilitas militer yang diduga digunakan untuk memproduksi senjata kimia berbahaya.

Antara melansir, Rusia pun dikabarkan telah bereaksi keras terhadap serangan AS ke Suriah ini.

Yon Machmudi, yang juga Ketua Program Studi Pascasarjana Kajian Timur Tengah dan Islam, Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia itu, menilai serangan AS itu memiliki dua dimensi.

Pertama, berkaitan dengan ketegangan AS dan sekutunya dengan Rusia yang belakangan ini semakin memuncak yang ditandai dengan pengusiran diplomat Rusia di negara-negara Eropa dan Amerika. Tindakan pengusiran pun dibalas oleh Rusia dengan melakukan aksi serupa.

Kedua, di samping berkaitan langsung dengan Suriah, serangan ini juga bermaksud untuk mengalihkan perhatian dunia Islam terhadap tindakan represif Israel baru-baru ini terhadap para peserta aksi demonstrasi damai di Gaza yang mengakibatkan tujuh warga palestina terbunuh dan ribuan mengalami luka tembak.

Tindakan brutal Israel ini telah menimbulkan kemarahan besar para pendukung palestina dan semakin melemahkan posisi AS yang mendukung Israel terutama dalam hal dukungan kepada Yerusalem sebagai ibukota Israel.

“Untuk mengurangi kebencian yang meluas kepada Israel karena tindakan-tindakan Israel ini, serangan AS kali ini nampaknya juga memiliki dimensi ke sana. Selalu ketika Israel melakukan tindakan brutal, AS berusaha meredamnya dengan mencari simpati yang lain. Sebaliknya jika AS melakukan serangan ke salah satu negara di Timur Tengah, maka Israel diminta untuk tidak melakukan tindakan-tindakan yang menciptakan kebencian baru kepada AS,” kata Yon.

Yon Machmudi mengkhawatirkan serangan AS ini akan memicu peperangan yang lebih besar karena menyangkut ketegangan yang memuncak antara AS dan Rusia. Iran sendiri telah mengancam akan konsekuensi regional dari serangan AS ini. (ino/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
27o
Kurs