Fanatisme berlebihan dalam sepakbola kembali menimbulkan korban. Akibat pengeroyokan diluar stadion Stadion Gelora Bandung Lautan Api, Jawa Barat, Haringga Sirila salah satu suporter Persija Jakarta meninggal sebelum laga pertandingan Persija lawan Persib, Minggu (23/9/2018).
Namun insiden serupa bukanlah yang pertama kali. Sebelum Haringga, dilansir dari laman www.goal.com, terhitung 63 orang tewas karena pertandingan sepakbola sepanjang tahun 1995-2018. Berbagai insiden mulai dari pengeroyokan, pemukulan, penganiyayaan hingga lemparan batu sudah sering ditemui. Terlebih, jika laga tersebut mempertemukan dua klub yang memiliki rivalitas tinggi.
Infografis suporter yang menjadi korban kerusuhan sepakbola sepanjang tahun 1995-2018.
Salah satu insiden antar suporter yang menimbulkan banyak korban adalah saat laga Persebaya Surabaya melawan Persibo Bojonegoro pada 10 Maret 2012 lalu. Insiden tersebut menewaskan empat korban, yakni Sudarmadji (27), Miftahul Huda (15), Abdul Farid (15) dan Soimul Fadli (15).
Kala itu, rombongan Bonek sedang melakukan perjalanan kereta api ke Bojonegoro untuk menyaksikan laga Persebaya versus Persibo Bojonegoro di Stadion Letjen H. Soedirman. Banyak dari suporter yang duduk diatas gerbong kereta dalam perjalanan itu. Ketika kereta melintasi wilayah Babat, Lamongan, Bonek dihujani lemparan batu oleh oknum suporter Persela Lamongan dan sejumlah warga Babat, Lamongan.
Begitu juga saat laga Persegres Gresik United dengan Arema Cronus pada Mei 2014 lalu. Saat itu, rombongan Aremania yang menuju Gresik untuk mendukung tim kesayangannya. Lalu pada Kamis (5/5/2018) malam, ketika rombongan Aremania hendak kembali Malang dari Gresik melalui Jalan Tol Simo, terjadi bentrokan antara Bonek dan Arema. Atas kejadian itu, tiga Aremania meninggal, antara lain Udin Zaenal (32), Ahmad Fadila (28) dan Khoirul Anam (21).
Tidak hanya Bonek dan Aremania, bentrokan antara Jakmania, pendukung Persija Jakarta dengan Viking, pendukung Persib Bandung, juga telah menjatuhkan banyak korban. Salah satunya saat pertandingan Persija lawan Persib di Stadion Utama Gelora Bung Karno, 27 Mei 2012.
Rangga Cipta Nugraha (22) suporter Persib, tewas dikeroyok usai laga pertandingan. Ia terkena tusukan senjata tajam dari suporter lawan. Dani Maulana (17) yang juga pendukung Persib juga tewas akibat pengeroyokan.Sedangkan Lazuardi, meninggal dikeroyok sesama pendukungnya, The Jakmania. Saat kejadian, ia mengenakan kaos berwarna biru. Hal itu membuat para pendukung Persija Jakarta mengira ia adalah pendukung Persib Bandung.
Selain Lazuardi, Ricko Andrean (22), seorang bobotoh lainnya juga meninggal akibat salah sasaran. Richo dikeroyok pendukungnya sendiri saat laga Persib lawan Persija 27 Juli 2017 lalu di GBLA.
Saat kejadian, Ricko disebut-sebut berusaha melindungi Boboy Ilham Hafifi, salah stau suporter Persija Jakarta yang dikeroyok para Bobotoh. Ia yang saat itu tidak mengenakan kaos suporter dikira adalah pendukung Persija. Ricko meninggal di RS Santo Yusup, Jalan Cikutra, Kota Bandung.
The Jakmania juga tak luput ‘menyumbangkan’ korban dalam kerusuhan sepakbola Indonesia. Harun al Rasyid (30), anggota The Jakmania Kalimalang, tewas saat bentrok antara suporter Persija dan warga setempat pada pada 6 November 2016 silam.
Saat itu rombongan bus The Jakmania akan pulang dari Stadion Manahan Solo usai pertandingan Persija vs Persib. Namun beberapa oknum melakukan tindak anarkis melemparkan batu kepada warga di Tol Palimanan, Cirebon. Nyawa Harun tak tertolong usai dilarikan ke rumah sakit.
Serta masih banyak lagi insiden bentrokan yang berujung korban meninggal dalam sepakbola Indonesia. Data diatas adalah jumlah korban yang masih sempat tercatat. Tentu masih banyak lagi korban yang tidak tertulis baik yang mengalami luka-luka maupun yang mengalami kerugian materil.
Tidak hanya pendukung dari klub-klub besar, namun hampir di semua klub yang memiliki rivalitas suporter yang sangat tinggi memiliki resiko besar terjadi kerusuhan dalam sebuah pertandingan.(tin/rst)