Sejumlah tokoh nasional menghadiri Haul Ke-48 Presiden pertama RI, Soekarno, di Kompleks Makam Bung Karno di Kota Blitar, Jawa Timur, Rabu sore, untuk berziarah dan mengenang wafatnya Bung Karno pada 21 Juni 1970.
Rombongan putri Bung Karno sekaligus Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri yang didampingi oleh Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto tiba di Kompleks Makam Bung Karno sekitar pukul 14.20 WIB dan langsung ke makam Bung Karno untuk berdoa.
Hadir dalam rombongan dan Haul Bung Karno itu, Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Budi Gunawan, Mendagri Tjahjo Kumolo, Wasekjen PDIP Ahmad Basarah, cucu Bung Karno sekaligus Calon Wakil Gubernur Jawa Timur Puti Guntur Soekarno, beserta keluarga besarnya.
Selain itu, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siradj dan Anggota Dewan Pengarah BPIP (Badan Pembinaan Ideologi Pancasila) Mahfud MD, serta Menteri PUPR Basuki Hadimuljono.
Dilansir Antara, pembacaan doa dan tahlilan di Makam Bung Karno yang diwarnai hujan cukup deras hingga saat ini masih berlangsung. Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar didampingi Calon Gubernur Jatim, Saifullah Yusuf (Gus Ipul) pun tiba terlambat di areal makam.
Sebelum dilaksanakan Haul Bung Karno oleh keluarga Soekarno, ratusan warga dari beberapa daerah juga sudah mengunjungi makam Bung Karno untuk berziarah dan mengirim doa bagi proklamator Indonesia, Soekarno.
Sebelumnya, Ahmad Basarah Wakil Sekjen DPP PDI Perjuangan , mengatakan, momentum Haul Bung Karno tahun ini membahagiakan karena dihadiri keluarga Bung Karno dan tokoh-tokoh bangsa, sekaligus menegaskan hubungan kultural dan kebersamaan para ulama NU dan kaum nasionalis yang erat.
Wakil Ketua MPR RI itu, menjelaskan Haul Bung Karno akan didahului pembacaan Surat Yassin dan Tahlil untuk mendoakan arwah Bung Karno, setelah itu dilanjutkan tausyiah agama yang akan disampaikan Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj.
Sementara Megawati direncanakan akan menyampaikan sambutan untuk mewakili keluarga besar Bung Karno.
Tradisi Haul Bung Karno, kata dia, telah dimulai sejak lama, yakni semasa Orde Baru berkuasa dan selalu dihadiri oleh masyarakat luas, baik kalangan nasionalis, nahdliyin, maupun masyarakat umum lain.
“Apalagi tradisi ziarah kubur sudah menjadi bagian dari praktik Islam Nusantara yang sudah sejak zaman dulu. Dan, tradisi ini menjadi bagian dari kepribadian Bangsa Indonesia,” katanya. (ant/bid)