Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan HAM menyatakan 68 tahanan dan narapidana telah melapor dan kembali setelah mereka kabur untuk menyelamatkan diri akibat gempa 7,4 SR di Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah, Jumat (28/9/2018).
“Ibu Dirjen PAS (Sri Puguh Budi Utami) sebelumnya menyatakan ada 1.425 narapidana yang kabur, sekarang berkurang menjadi 1.357 orang,” kata Ade Kusmanto Kepala Bagian Humas Ditjen PAS di Jakarta, Selasa (2/10/2018) seperti dilansir Antara.
Ade mengungkapkan semua warga binaan pemasyarakatan Lapas Palu yang saat ini belum kembali diijinkan keluar bertemu dengan keluarga dengan syarat wajib lapor sampai Kamis (4/10/2018) mendatang karena belum ada pasokan bahan makanan.
“Untuk yang sudah kembali ditampung di tenda halaman Lapas dengan penjagaan,” kata Ade Kusmanto.
Penempatan para narapidana di tenda ini, lanjutnya, karena kondisi Lapas Palu yang rusak parah hingga mencapai 80 persen.
Ade mengungkapkan bahwa dengan kembalinya 68 narapidana ini, maka warga binaan yang sudah berada di Lapas dan Rutan yang berada di 15 UPT wilayah Sulawesi Tengah sebanyak 1.863 dari total 3.220 narapidana.
Sebelumnya, Sri Puguh Budi Utami Dirjen PAS mengungkapkan ada 1.425 tahanan dan narapidana kabur pasca gempa dan tsunami Donggala-Palu.
Para tahanan dan narapidana yang kabur itu berasal dari Lapas Palu sebanyak 515 dari 581 narapidana sehingga tersisa 66 warga binaan, Rutan Palu sebanyak 410 tahanan dari 463 tahanan sehingga tersisa 53, Lembaga Pemasyarakatan Khusus Perempuan (LPP) Palu sebanyak 75 narapidana dari 83 narapidana ditambah tiga bayi tersisa sembilan orang, Lembaga Pemasyarakatan Khusus Anak Palu 24 orang dari 29 narapidana sehingga tersisa lima warga binaan) dan Lapas Donggala sebanyak 342 narapidana kabur semua.
Utami menjelaskan bahwa kaburnya para tahanan dan narapidana ini karena secara naluriah butuh keselamatan jiwa dan juga khawatir keadaan keluarga mereka di luar. (ant/dwi)